Akhir tahun 2012, sungguh memberi kesan mendalam pada CB (4), anak kami. Pasalnya, ini pertama kalinya dia berlibur di tengah-tengah hutan, menginap di savana, dan bisa bercengkerama dengan binatang-binatang langsung di habitat aslinya, di Taman Nasional (TN) Baluran atau yang beken disebut sebagai Africa van Java.
Kami berangkat dari Jakarta menggunakan pesawat menuju Malang dan langsung dilanjutkan dengan berkendara dengan mobil sewaan selama kurang lebih delapan jam menuju Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Ini kali pertama CB melakukan perjalanan darat dengan waktu tempuh selama itu. Rewel? Sudah pasti! Karena CB tipe anak yang super aktif, maka kami selalu mengajak dia tetap aktif bermain aneka permainan, seperti tebak lagu, teka-teki, menyanyi bersama, hingga bermain peran.
Waktu menunjukkan pukul 10 malam ketika mobil memasuki gerbang utama TN Baluran di Jalan Raya Situbondo-Banyuwangi KM 35. Untuk menuju pesanggrahan yang sudah kami pesan di daerah Bekol, mobil kami harus membelah hutan menyusuri jalan berbatu-batu sekitar 40 menit. Amboiii… ternyata masuk hutan di malam hari itu punya sensasi tersendiri. Tak ada penerangan sama sekali di sisi kiri-kanan jalan utama itu. Kesunyian mencekam sesekali tergantikan dengan suara burung hantu dan hewan nokturnal lainnya.
Tiba di Pesanggrahan Bekol, kami langsung memasuki kamar tempat beristirahat di lantai dua. Karena musim liburan, kamar-kamar di pesanggrahan ini terisi semua. Jadi, jangan lupa untuk booking jauh-jauh hari. Untuk menginap, kami dikenai harga Rp.35.000,- per malam per orang. Listrik akan dipadamkan mulai pukul 11 malam, namun apabila tetap membutuhkan listrik akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp.135.000,- per malamnya. Biaya-biaya ini diluar tiket masuk, sebesar Rp.2.500,- per orang dan Rp.6.000- untuk mobil.
Perlu diperhatikan, kamar pesanggrahan tidak begitu terawat kebersihannya. CB pun pada awalnya enggan untuk tidur di kamar tersebut, tapi karena sudah kelelahan karena perjalanan jauh dia pun tak sempat banyak protes. Udara malam pun terasa lembab dan membuat tidur tidak nyaman. Apabila jendela dibiarkan terbuka, nyamuk-nyamuk datang menyerbu. Maklum, ini, kan, hutan… jadi apabila datang ke tempat ini lotion anti-nyamuk tidak boleh terlupakan. Sarung atau kain Bali juga harus dibawa sebagai tambahan alas tidur. Dan jangan lupa, sebelum tidur usahakan buang air kecil dahulu karena kamar kecil letaknya di luar penginapan.
Magical Morning
Gangguan nyamuk dan udara panas di malam hari terbayar lunas ketika subuh menjelang. Suasana subuh dan pagi hari di seputaran Pos Bekol sungguh fantastis. Very magical!
Dari depan kamar, kami sudah disambut oleh kegagahan Gunung Baluran yang hijau serta udara yang segar. Di sekitar pesanggrahan, kami bisa melihat beberapa merak dan ayam hutan melintasi jalan setapak. Sekelompok kera mulai keluar dari persembunyiannya dan berayun-ayun di batang pohon besar mencari buah kecil-kecil untuk dimakan. Tak jauh dari pesanggrahan, terlihat serombongan besar rusa berjalan menuju savana yang luas untuk mencari makan. Tidak hanya itu, pantulan sinar matahari pagi yang belum terbit sempurna memberikan semburat dan kilau warna yang cantik di sekitaran langit pagi yang bersih dari awan. Serasa benar-benar di Afrika… jadi, memang tidak salah julukan Africa van Java ini disandang oleh TN Baluran.
“Kalau beruntung malah bisa bertemu dengan macan tutul. Tapi kalau di musim hujan, macan tutul sering bersembunyi. Sering muncul kalau musim kemarau untuk mencari makan dan minum. Nah, sekarang jika ingin berburu matahari terbit bisa berjalan ke arah Pantai Bama kira-kira tiga kilometer dari sini,” kata seorang ranger atau penjaga hutan yang kebetulan melintas di depan kami.
Maka, kami mengajak CB untuk menyusuri jalan setapak menuju Pantai Bama yang masih berada di wilayah TN Baluran. CB berhenti sejenak mengamati tanah savana yang belum pernah dia lihat sebelumnya. “Tanahnya hitam, ya, Mom?” ujarnya. Menurut informasi, tanah hitam ini menghampar kira-kira setengah luas daratan rendah savana. Meski tergolong subur, tanah hitam ini sulit sekali ditembus air pada musim penghujan. Nah, ini terbukti dari banyaknya kubangan air di beberapa tempat di savana itu. Beruntung bagi kami, meskipun berkunjung pada bulan Desember, yaitu puncak musim penghujan, cuaca hari itu sungguh cerah dan cenderung sangat terik meskipun jam baru menunjukkan pukul tujuh pagi.
Hutan Bakau dan Pantai Bama
Kami melanjutkan petualangan kami ke arah Pantai Bama. Ah, sayang masih terlalu pagi berkunjung ke sana karena air pantai masih surut. Baru sekitar jam 11 siang air pantai mulai pasang. Sambil menunggu, kami pun masuk ke dalam kantin yang ada di sana dan memesan sarapan nasi soto ayam sambil memandangi kawanan kera yang juga tengah sarapan kepiting-kepiting kecil yang diambilnya dari lubang-lubang pasir di pinggir pantai.
Tak jauh dari kantin, terdapat jalan setapak menuju hutan bakau. Dengan antusias CB berlari dan menemukan jembatan panjang yang berujung pada sebuah dermaga. Wow… cantik sekali pemandangan hutan bakau yang lebat jika dilihat dari dermaga itu. Tak puas hanya memandang dari atas dermaga, CB pun turun melalui tangga yang curam untuk sekedar merendam kaki mungilnya ke dalam air laut yang masih surut.
Saat air laut mulai pasang, kami menyewa sebuah perahu seharga Rp.350.000,- untuk berputar-putar di sekitaran perairan Bama. Menariknya, lantai perahu itu terbuat dari kaca, sehingga kami dapat melihat aneka terumbu karang dan ikan-ikan yang berada di bawahnya. Ketika perahu sudah mulai ke tengah, CB didampingi oleh Poppa-nya mencoba kegiatan snorkling. Ha-ha-ha… meskipun akhirnya dia panik karena ini pengalaman pertamanya berenang di tengah laut, namun keberanian CB untuk mau mencoba hal baru perlu diacungi jempol.
O ya… pihak pengelola TN Baluran di pesanggrahan Pantai Bama juga menyediakan peralatan untuk snorkling dan kano, lho, untuk disewakan.
Naik… Naik… ke Menara Pandang
Setelah berpuas-puas menjelajahi Pantai Bama, kami kembali ke Pesanggrahan Bekol untuk membilas diri dari air laut. Penjelajahan pun dilanjutkan kembali dengan mendaki bukit kecil tepat di belakang pesanggrahan kami. Di atas bukit itu terdapat menara penampungan air dan menara pandang, yaitu tempat observasi tertinggi di daerah Bekol.
Meskipun jalan semen menuju bukit sudah tersedia, terkadang CB malah memilih jalan sendiri, yaitu dengan mendaki tanah terjal yang masih ditumbuhi rumput liar. Begitu pula saat berjalan menuruni bukit, CB lebih suka turun dengan bokongnya seperti layaknya main perosotan hingga tak tampak lagi warna asli celananya karena sudah terkotori tanah. Ternyata, dia menemukan cara berpetualangnya sendiri yang lebih mengasyikkan!
Sampai di atas, sejauh memandang di ketinggian sekitar 64 meter, mata hanya melihat warna hijau-nya hutan dan pegunungan, coklat kekuningan-nya savana, biru-nya laut, dan biru-putih-nya langit. Yes… terbayang, kan, betapa luasnya TN Baluran itu? Dua puluh lima ribu hektar! Tak heran ketika penjaga pesanggrahan kami bilang, jika ingin menjelajahi seluruh trek hiking di TN Baluran bisa membutuhkan waktu lebih dari satu bulan.
Dan memang benar TN Baluran tak pernah berhenti menerima kunjungan dari para pecinta lingkungan dan peneliti. Betapa tidak, tipe-tipe hutan yang ada di Indonesia dapat ditemukan di TN Baluran ini. Sebut saja, hutan pantai, hutan mangrove dan rawa asin, hutan payau, hutan hujan pegunungan, padang rumput savana, hutan musim (baik dataran rendah maupun dataran tinggi, termasuk di dalamnya ada evergreen forest, yaitu hutan yang selalu hijau di setiap musim), padang lamun (tersebar pada pantai-pantai dengan kelerengan landai yang tidak memiliki gelombang air terlalu ekstrim, sehingga banyak ikan berkumpul di sana), serta terumbu karang.
Tanggung Jawab Bersama
Alam nusantara nan cantik ini sungguh ternoda jika manusia tidak sadar akan tanggung jawabnya untuk menjaga dan melestarikan anugerah ini. Menurut penjaga hutan, pencurian kayu, hasil hutan, serta penangkapan satwa liar tetap saja ada, meskipun jelas-jelas terpampang bahwa TN Baluran itu merupakan area yang dilindungi.
Ah, tak usah susah-susah membayangkan soal pencurian kayu… hal yang paling sederhana saja yang bisa dengan mudah kita lakukan: membuang sampah pada tempatnya! Terbukti di kawasan Pesanggrahan Pantai Bama dan sekitar Pesanggrahan Bekol masih saja terlihat sampah di mana-mana.
Nah, kebetulan CB sempat mendapatkan pelajaran dari kami, orang tuanya, ketika dia menjatuhkan tisu bekas membungkus makanan dari kaca mobil. Saat itu, mobil tengah melaju di tengah savana. Tak lama berselang, kami menghentikan mobil dan menyuruh CB keluar untuk mengambil tisu yang dibuangnya. Kalau tidak mau, kami tidak akan melanjutkan perjalanan. Awalnya, dia menangis dan menolak. Kami diamkan saja dan tidak ada tawar-menawar. Akhirnya, dia mau keluar dan minta ditemani untuk mengambil sampah tadi. Dengan langkah gontai dia pun kembali menuju mobil.
“Sudah tahu, kan, konsekuensinya kalau membuang sampah sembarangan?” tanya Poppa kepada CB. Dan CB pun mengangguk.
Kami setuju kalau attitude baik itu terbentuk dari usia dini. Dan pembelajaran itu tak terkecuali, meskipun sedang dalam suasana liburan. (***)
[Christina Happy, Momma-nya Constantine Barindra (CB)]
Tips Penting:
1. Temperatur TN Baluran berkisar antara 27,2ºC-30,9º C. Musim hujan pada bulan
November-April dan musim kemarau pada bulan April-Oktober dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari. Namun secara faktual, perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan kondisi global yang mempengaruhi.
2. Dalam kawasan TN Baluran disediakan tempat penginapan, yaitu di Pesanggrahan Bekol dan Pesanggrahan Pantai Bama, selain tempat berkemah. Lebih baik reservasi jauh-jauh hari. Usahakan menginap di kawasan ini untuk mendapatkan pengalaman subuh dan pagi yang menakjubkan. Info: www.balurannationalpark.web.id
3. Jangan lupa membawa lotion anti-nyamuk, sarung/kain panjang, makanan siap saji karena kantin cukup jauh. Perhatikan pula apakah Anda alergi terhadap rumput-rumputan dan jangan lupa membawa obat-obatan alergi.
4. Jangan menunjukkan makanan di depan kera-kera. Mereka cukup agresif merebut makanan meskipun berada di pegangan Anda.
5. Kegiatan apa saja yang asyik dilakukan di TN Baluran?
a. Tracking
Waktu : Musim Kemarau (Bulan April – Oktober)
Lokasi : Seluruh kawasan Taman nasional Baluran
b. Mountain Climbing
Waktu : Musim Kemarau (Bulan April – Oktober)
Lokasi : Gunung Baluran
c. Pengamatan Satwa
Waktu : sepanjang tahun
Lokasi : Savana Bekol, sekitar Pantai Bama
d. Bird Watching
Waktu : sepanjang tahun (atraksi satwa Merak bulan September s/d Desember)
Lokasi : Jalan Batangan – Bekol – Bama, savana Bekol, Pantai Bama
e. Snorkling & Diving
Waktu : sepanjang tahun
Lokasi : Pantai Bama, Bilik, dan Sejile
f. Kanoing
Waktu : sepanjang tahun
Lokasi : Pantai Bama
g. Wisata Bahari
Waktu : sepanjang tahun (tergantung cuaca)
Lokasi : kawasan perairan Taman Nasional Baluran
h. Fotografi
Waktu : sepanjang tahun
Lokasi : seluruh kawasan TN Baluran
i. Bersepeda
Waktu : sepanjang tahun (tergantung cuaca)
Lokasi : savana Bekol dan sekitarnya
Selamat bertualang!!!
Note:
1. Artikel ini juga dipublikasikan pada Majalah Parenting Indonesia Edisi Maret 2013
2. Foto lengkapnya bisa anda dapatkan di flickr