BANGKOK (2)
Catatan Perjalanan Traveler Cantik
(dilarang protes, blog-blog gue…hohoho)
Di bagian kedua dan ketiga dari tulisan ini (ini yag pertama), gue mau menceritakan kilasan kisah perjalanan gue and the gank menuju tempat-tempat wisata. Sekedar tips, selagi masih di Indonesia, lebih baik susun itinerary alias rencana perjalanan yang hendak dituju supaya nggak keder tentunya ;p . O ya apabila di tempat wisata yang dituju menjual tiketnya secara online beli saja sebelum berangkat. Beberapa tiket yang dijual secara online menawarkan harga khusus alias diskon yang lumayan, lho.
Nah, kalau gue menyusun rencana perjalanan berdasarkan jalur, sehingga memudahkan (nggak bolak-balik) dan mengirit biaya transportasi tentunya.
OK, ini dia rincian perjalanan kami:
HARI II – 10 Agst 2012
Tujuan: Jim Thompson’s House — Madame Tussauds — Siam Ocean World
Moda : Dari hotel naik free shuttle ke stasiun BTS Khrung Thon Buri turun di stasiun National Stadium
Naik BTS sky train alias kereta layang merupakan pengalaman pertama buat gue. Terkesan banget deh sama kecanggihan dan bagaimana orang-orang Bangkok menjaga stasiun tetap bersih dan terawat meskipun sudah lebih dari 10 tahun tuh sistem sky train itu berjalan.
Pembelian tiket dilakukan secara komputerisasi dengan memasukkan uang koin ke dalam mesin tiket, dengan layar sentuh kita tinggal memencet stasiun yang kita tuju untuk menentukan ongkos yang harus dibayar. Anak dengan tinggi di atas 90 cm harus membayar penuh.
Jangan khawatir, kalau tidak punya koin ada loket khusus penukaran uang dan di beberapa stasiun besar ada mesin penukar uang dan money changer. Pertama naik, ya ampun gaptek gitu hihihihi… Sekedar tips, di tiap stasiun sky train disediakan peta khusus bagi para pelancong yang isinya rute sky train, MRT subway, BRT alias bus ala transjakarta-nya sini, kereta bandara, dermaga, dan tempat wisata…gratis lagi. Peta itu selain berfungsi sebagai pemberi informasi juga untuk kartu diskon beberapa tempat wisata, lho… jadi jangan dibuang.
Nah, sesampainya di stasiun National Stadium, cukup berjalan kaki sekitar 10 menit-an ke arah Rama Road I dan masuk ke gang kecil Soi Kasemsan 2 untuk menuju Jim Thompson’s House yang asriiii banget. Dengan biaya 200 Bath per orang (sudah termasuk pemandu dengan pilihan aneka bahasa internasional) kami bisa melihat rumah jati besar tradisional Thailand milik mendiang Jim Thompson, orang Amerika yang menghidupkan kembali seni tenun sutra Thai.
Pemandu dengan seru menceritakan kisah tiap sudut rumah Mr. Thompson yang kaya dengan benda-benda seni seperti lukisan, keramik dan perabotan kuno, patung, arca, dan alat cetak kain. Wuiiih…buat gue penikmat yang indah-indah berasa betaaah banget di sini.
Tamannya juga rindang dan penuh aneka tanaman tropis pluuuusss…waktu gue ke sana pas banget sama musim kawin kodok…jadi rame banget dah suara kodok bersaut-sautan di kolam. Cuma satu yang kurang, karena rumah ini tepat di samping kanal, ho ho…baunya itu lho lumayan menyengat…tapi teteup sih nggak separah Ciliwung baunya….
Di sini juga ada toko suvenir yang menjual aneka kerajinan dari sutra Thailand dan di teras toko juga ada alat tenun tradisional yang dipakai perajin sutra plus tiga bakul kepompong sutra yang warna-warni plus gulungan benang hasil pintalan kepompong sutra itu.
Sebenarnya sih gue belum mau beranjak dari situ, tapi… berhubung CB dah rempong, kami lanjut ke Madame Tussauds di lantai 6, Siam Discovery Mall. Nggak jauh, kok, cukup berjalan kaki santai kira-kira 15 menit dari rumah Mr. Thompson. Tiket ke Maddame Tussauds ini udah gue beli via online dan dapet harga bundling dengan Siam Ocean World… lumayan lah diskonnya. Tiket online itu berlaku sebulan dari harga pembelian.
Sebenarnya, ini tujuan wisata yang tidak begitu penting yaaa… nontonin patung-patung lilin tokoh-tokoh dan seleb-seleb dunia itu… tapi ada dorongan dan hasrat yang kuat untuk bertemu Mas George Clooney dan ingin berpose blow job dengannya… siaaaal bangetttt… ternyata patung lilinnya George Clooney posenya lagi duduk dan depannya ketutupan meja gitu (ini pasti karena doa laki gue deh…) aaaaarrrrrggghhhh… . Tapi di sini lumayan, sih, si CB bisa main Wii agak berkurang deh rempongnya… dan di lantai atas ada workshop bikin hand wax gitu untuk suvenir yang kudu bayar lho….
Dari Maddame Tussauds, kami jalan lagi selang 3 gedung untuk menuju mall Siam Paragon, tepatnya di lantai basement untuk mengunjungi Siam Ocean World. Dari namanya, kira-kira sudah tahu lah ya… mirip-mirip sea world-nya Ancol. Maklumlah bawa balita yaaa… jadi harus fair memasukkan atraksi untuk bocah juga. Ocean World ini dibangun tiga lantai… besar banget aquariumnya… koleksinya juga lebih variatif yang disebar berdasarkan tema-tema tertentu, seperti satwa aneh, habitat hutan tropis, kutub, habitat sungai, dsb.
Dekornya pun menawan, tapi karena minimnya pencahayaan, foto-foto di sana cuma sedikit. Awalnya CB antusias, eh…begitu dia lihat badut ikan jadi kejer deh badmood.
Atraksi di sana untuk anak-anak sih seru ya… cuma klo untuk orang dewasa mungkin lebih asyik kalau mencoba berjalan di dalam aquarium raksasa… pengennn… tapi gue gak berani di kedalaman hehehehe… di ketinggian sih hayuuu, tapi kalau urusan dengan air hahaha… nggak deh.
Sudah sore, kami balik lagi ke hotel dengan memakai moda transportasi yang sama ketika berangkat. Saatnya CB berenang… J
HARI III – 11 Agst 2012
Tujuan: Grand Palace — Wat Po — Wat Arun — MBK Centre
Moda : Boattt menyusuri Chao Phraya River
So, akhirnya kesampaian juga nih pelesiran naik boat. Sore kemarin, kami sempat berkeliling di seputaran hotel untuk mencari dermaga terdekat. Beberapa hotel berkelas memang punya dermaga sendiri, namun tidak dengan hotel kami. Ternyata hanya sekitar 250 meter dari hotel kami terdapat Central Pier…yeeaayyy… tepat di belakang taman kota (boookk, taman kotanya lengkap dengan sarana olahraganya gitu…futsal, badminton, dan alat-alat fitness…).
Dengan berbekal sekantung roti-rotian sebagai bekal sarapan di jalan, kami terburu-buru menuju dermaga, takut keduluan matahari. Ternyata ada dua jenis dermaga di sekitaran sungai Chao Phraya, dermaga utama yang menjadi tempat pemberhentian kapal-kapal utama Chao Phraya Express dan dermaga kecil tempat berlabuhnya kapal penyeberangan. Maksudnya kapal penyeberangan adalah kapal tersebut hanya mengantarkan penumpang ke dermaga utama. Nah, si dermaga utama dan dermaga kecil ini letaknya berseberangan. Ngerti nggak maksud gue? Ngerti, kan? Hehehe… .
Awalnya, kami nggak tahu soal pembagian dermaga ini. Kami beli tiket kapal di dermaga kecil dengan terlebih dulu tanya apakah kapal ini menuju Grand Palace dan si penjaja tiket manggut-manggut. Tapi waktu kami nanya ke nahkodanya, dia bilang nggak lewat dan dia menunjuk kapal yang sedang berlabuh di dermaga seberang. So, kami keluar lah dari kapal itu dan naik dong ke jembatan penyeberangan dan jalan sepanjang 200 meter-an lebih di bawah sinar mentari pagi nan terik untuk menuju dermaga utama Central Pier.
Dan belakangan baru tahu, dong, ternyata kapal yang tadi sudah kami naiki itu kapal penyeberangan menuju Central Pier… dududuh… efek buta bahasa membuat kami berjalan panas-panasan hiiikss… .
Di sana, ada dua pilihan sistem ticketing, one day pass (beli satu tiket, bisa berpelesiran seharian penuh dengan Chao Phraya Express) dan one way trip (tiket sekali jalan yang bisa dibeli di atas kapal). Wuiih… kapalnya ngebut banget dan menyenangkan sekali merasakan angin menghempas wajah dan air sungai yang terciprat ke dalam kapal. Dan kami pun menuju dermaga Tha Chang di dekat Grand Palace.
Di dermaga Tha Chang ternyata terdapat pasar tradisional yang nanti akan gue ceritain. Kemudian, kami berjalan ke arah Grand Palace, kompleks istana Raja dan kuil Wat Phra Kaeo yang mempunyai desain arsitektur yang super indah.
Setiap mengunjungi kuil, pengunjung dituntut untuk berpakaian sopan… no short, no tank top, no you can see sleeves.
Ada tempat penyewaan pakaian, sih di sana… but eeewww bekas siapa gitu kan, ya bajunya…mending bawa kain Bali.
Begitu sampai di kompleks Grand Palace… ya ampuuunnn puanass banget daaaannn puenuuuuuuh banget dengan lautan manusia dari seluruh penjuru dunia. Sangat nggak nyaman… apalagi buat CB. Padahal, kompleks itu indah banget… stupa-stupa Wat Phra Kaeo yang menjulang tinggi itu dihiasi pecahan kaca mozaik yang berkilau-kilau… entah bagaimana para pekerja di abad ke-17 itu memasangnya hingga ke puncak tertinggi.
Belum lagi detail keramik dan lukisan yang menawan di dinding kuil. Geez… ini tempat yang sempurna untuk editorial fashion photo-spread… just owesome.
Ada 10 area/bangunan di kompleks ini yang zaman dulu dipakai sebagai tempat penobatan raja, sekolah, tempat tinggal raja, tempat tinggal wanita dalam kerajaan, kuil umum, kuil pribadi, aula tempat menerima tamu asing, dan taman yang indah.
Karena kurang nyaman, kami keluar kompleks dan berjalan menuju Wat Pho yang letaknya di belakang kompleks Grand Palace. Jalannya lumayan jauh, book… kirain deket karena di peta letaknya sebelah-sebelahan… ternyata menguras tenaga juga. Better naik tuk-tuk (sejenis bajaj), deh. Tapi, yang asyik dari jalan-jalan di Kota Bangkok adalah trotoarnya lebar dan nggak dijejali oleh kaki lima.
Yang menarik di Wat Pho adalah ada patung lapis emas Buddha tidur (Reclining Buddha) yang legend itu. Selain ukurannya yang raksasa, yang menarik dari patung ini adalah pada bagian telapak kaki Buddha dihiasi mutiara (mother pearl) yang indah yang menggambarkan 108 lakshana atau lambang suci Buddha. Hal unik lainnya adalah di pintu masuk kuil Buddha tidur terdapat tempat donasi yang dapat ditukar dengan semangkok koin.
Koin yang jumlahnya random itu dimasukkan satu per satu ke dalam baskom tembaga yang berbaris di depan patung. Menurut kepercayaan, apabila jumlah koin itu pas dengan jumlah baskom tersebut, maka orang tersebut akan mendapatkan keberuntungan.
And… CB did it hehehe lucky boy!! O ya… di Wat Pho itu pusatnya sekolah pijat, lho… dan di sana juga buka paviliun pijat. Jadi kalau kaki pegal-pegal bisa pijat di sana.
Kami naik tuk-tuk menuju dermaga Tha Chang untuk melanjutkan perjalanan. Namun, karena perut keroncongan kami makan dulu di pasar belakang dermaga. Amboiii… jejeran makanan dari mulai aneka sate, buah potong yang segar, kelapa, duren monthong, gorengan, dan lainnya menggoda iman. Kami pilih mie thai alias pad thai, babi goreng kering, dan mie babi sebagai teman makan siang.
Harus diketahui bagi yang tidak boleh makan daging babi, di Thai mayoritas daging yang dikonsumsi adalah daging babi, ayam, dan sea food.
Namun, meskipun Anda memesan ayam atau sea food untuk mie untuk hidangan Anda, mereka akan menggunakan wajan yang sama dengan masakan yang mengandung babi tadi. So, lebih baik cari kedai vegetarian atau kedai halal yang selagi gue di sana, sih, baru nemu satu kedai.
Untuk ukuran pasar, tempat ini tergolong bersih (dibandingin sama di sini yaaa…), buktinya banyak bule yang higienic freak juga nyaman-nyaman aja nongkrong dan makan di sana. Kalau di sini, pernah lihat nggak bule-bule nongkrong di pasar dan makan hehehe… . Nah, di situ gue juga sempet beli buah-buahan potong yang seger banget… dan emang sih, ya, di Bangkok kan emang pusatnya bibit unggul buah dan sayur… no wonder buah dan sayur di sana seger dan nikmat (fyi, kangkung di sana bisa segede telapak tangan, lho, dan daun kemangi segede daun bayam di sini).
Nggak lupa beli juga tuh the legend of durian monthong… harga satu pak styroform cuma Rp.12.000. Yang menarik, si pedagang duren itu tanya gue dari negara mana. Gue jawab Indonesia dan dia nunjukin deretan duren yang bisa dipilih. Kata dia, orang Indonesia itu sukanya duren yang lembek, sedangkan orang Thai dan Malaysia suka yang agak keras. Naasnya, ni duren gak boleh masuk ke dalam kereta dan kamar hotel. Lalu makan di mana, ya?
Kami kembali berlayar menuju Central Pier. Karena kaki rasanya sudah mati rasa, pengen banget balik ke hotel, tapi singgah sebentar di taman kota untuk… makan duren! Hahaha… . Emang, ni duren sakti banget. Setelah selesai makan, badan terasa berenergi (haiyaaahh) dan memutuskan untuk lanjut lagi ke Wat Arun yang menjadi ikon Kota Bangkok.
Wat Arun dikenal juga dengan nama Temple of The Dawn (berasal dari nama Aruna, dewa fajar orang India). Meskipun demikian, kuil ini cantik banget di saat senja.
Untuk menuju ke Wat Arun, kami naik Chao Phraya Express dan berhenti di dermaga Tha Thien dan menyeberang ke Wat Arun. Kuil ini berada tepat di pinggir sungai yang pelataran luarnya banyak dikunjungi burung merpati. Kalau melongok ke sungai dekat kuil itu, tampak ikan-ikan (sejenis patin sih gue rasa…) bergerombol merindu roti dari lemparan pengunjung. Ya ampun, kalau di Indonesia udah dijaring kali tuh ikan-ikan.
Dari ketiga kuil yang hari ini gue kunjungi, Wat Arun yang menurut gue paling indah dan paling magis. Bangunannya tidak semewah Wat Phra Kaeo dan tidak setenar Wat Pho, namun entah mengapa Wat Arun ini begitu romantik.
Bangunannya tua dan keramik yang menutupinya tak lagi mengilat, tapi kuil ini anggun dengan segala kesederhanaannya.Untuk memandang keanggunan kuil, gue rela tiduran di pelatarannya… so, beautiful (*mengusap air mata haru*).
Untung saja waktu itu tangga central prang dibuka jadi para pengunjung bisa naik ke atas dan memandang pemandangan Chao Phraya River menjelang senja. Tangga ini sangat curam yang melambangkan untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi itu tidak mudah. Ni tangga nggak rekomen deh buat orang yang fobia ketinggian. Sayang, gak ada yang bisa ditanyain apakah pernah ada orang yang jatuh dari tangga itu.
Sebenernya belum puas sih tiduran memandang kuil ini… namun, perjalanan kudu berlanjut. Dengan naik taksi (kasihan kaki gue, cyiiin) kami menuju Mahboonkrong di Siam. Orang-orang menyebutnya MBK Center. MBK itu semacam ITC tempat jualan apa aja yang bisa dijual. Gue ke sana untuk beli oleh-oleh. Kalau dari segi tempat, menurut gue, sih, masih juara Mall atau ITC di Jakarta yaaa….
Hallo mas diditho dan mbak traveller cantik… 🙂
Saya bru aja baca blog ini tentang perjalanan ke bangkok nya… sungguh sangat menarik dan bener2 ngebantu ya ulasannya. Swtelah baca blog mengenai bangkok ini saya jdi lebih berani untuk melangkahkan kaki ke bangkok… heheheh tentunya berpegang pada catatan mbak traveller cantik ini… 😀
Kebetulan saya liat hotel ibis riverside dan saya tertarik ya untuk menginap disana… tpi apa saya boleh bertanya,susah gak ya transport dri hotel kmana- mana? lalu saya baca tdi dibelakang hotel ad taman menuju ke central pier, apa nama tamannya dan susah gak untuk ketemu dermaganya?
Mohon dibantu ya mas dan mbak nya…. trima ksih sebesar2nya sebelumnya yah….
lokasi ibis riverside strategis kok, mudah kemana-mana via perahu dan sky train + subway.
1. untuk ke central pier yg berada di seberang sungai, pertama jalan menuju taman yang terletak tidak begitu jauh dari hotel dan berada di bawah jembatan/jalan layang yang sejajar hotel, nanti ketemu taman, nah di taman itu ada dermaga transit (bukan utama) yg sejajar hotel. Untuk ke central pier, naik perahu ini dulu untuk ke seberang sungai. kalo mau jalan kaki menyusuri jembatan/jalan juga bisa kok. 😀
2. enaknya lagi, sampe di central pier (dermaga utama), diatasnya adalah stasiun skytrain.
ini bantuan petanya
nah gitu dong, ada petanya