cianten, speedy Beberapa kali membaca dan mendengar ulasan (revie) mengenai Jalur Offroad Cianten yang berada di sisi barat Kota Bogor membuat saya sangat penasaran. Sabtu 17 April 2010 kemarin, akhirnya saya sempatkan diri mencicipi jalur ini bersama Tahu Cocol Cyclist Community (THCC)dan juga Sawangan Cycling Club (SaCyc):. Walupun satu persatu teman-teman Kompas Gramedia Cyclist (KGC) berguguran tidak bisa ikut, rasa penasaran yang sangat akhirnya tetap mengantarkan saya ke PLTA Karacak, tempat kumpul/koordinasi untuk offroad kali ini. Btw, untungnya, sabtu itu tetap ada teman dari KGC yang bisa ikut, ada Martin dan Kang USH tentunya.

PLTA Karacak

cianten, plta karacak Cianten tidak (belum) seterkenal Rindu Alam atau Telaga Warna yang meruapakan bagian dari kawasan wisata puncak yang terkenal. Untuk mencapai titik kumpul di PLTA Karacak, bila dari arah Bogor, Sentul atau Cibinong arahkan kendaraan anda ke kawasan Dramaga (kampus IPB), lanjutkan perjalanan kearah Barat ke Leuwiliang. Beberapa meter sebelum  Terminal Leuwiliang, belok kiri ke arah PLTA Karacak melalui Jl.Raya Desa Karacak. Penanda setelah belok kiri adalah lapangan Bola di sebelah kiri dan Puskesmas/RSUD di sebelah kanan.

Sesampainya di PLTA Karacak, kendaraan bisa di parkir di dalam kantor PLTA atau di seberangnya, dideretan warung makan, dekat dengan pipa air. Saya pribadi lebih suka parkir di dalam PLTA saja karena ada parkirannya dan petugas keamanan yang menjaga.

cianten, make ready Perjalanan offroad kali ini dimulai dengan menyewa angkutan kota (angkot) untuk mengakut sepeda dan orang-orangnya menuju kebun teh. Menuju tempat start di kebun teh. Perjalanan dengan angkot ini memakan waktu 1,5 jam, waktu yang cukup lama untuk ukuran jarak tempuh dengan kendaraan roda empat. Jalur yang dilalui memang jauh (20 km an), menanjak dan walaupun jalannya dari aspal tetapi rusak. Lumayan menyiksa pantat. Jalur offroadnya sendiri akan berakhir di PLTA tempat menaruh mobil tadi.

Kebun Teh (Tea Plantation)

Sesampainya di kebun teh, para goweser offroad yang sudah mengalami ‘kram pantat’ langsung menyiapkan sepeda. Beberapa warung menghiasi tempat start awal gowes offroad ini. Pemandangan indah hamparan kebun teh pun sudah nampak di depan mata. Bagi para goweser yang belum sempat sarapan ataupun merasa persiadaan air dan makanan kecilnya kurang, bisa memanfaatkan keberadaan warung di tempat ini.

cianten, tea plantation Setelah menyiapkan, memeriksa sepeda dan berdoa. Kami pun mulai mengayuh dan bergulir dijalan aspal rusak yang menanjak landai, ditemani dengan hamparan kebun teh yang menghijau. Dinginnya ketinggian dan panas terik matahari mejadi teman awal acara offroad kali ini. Tidak beberapa lama kemudian jalur diarahkan memasuki jalan tanah membelah areal kebun teh, ranting-ranting kering berhamparan di sepanjang jalan. Kali ini saya dan beberapa rombongan lain harus tetap konsentrasi mengikuti road captain, bagi saya ini adalah offroad perdana di cianten begitupun dengan banyak goweser lainya.

Beberapa saat sebelumnya (di angkot), Pak Yani dari THCC menjelaskan bahwa jalur offroad sepeda Cianten ini ditemukan oleh Komunitas Sepeda Sawangan (SaCyc). Btw,  jumlah peserta gowes offroad kali sangat banyak , KGC, Wartawan Foto, THCC dan juga Rosela yang menggunakan Truk 6 ban hanya untuk membawa sepeda saja. Teman-teman dari SaCyc tampaknya juga hadir dengan personel yang cukup banyak untuk menemani rombongan yang baru pertamakali merasakan jalur Cianten.

cianten, tea plantation Hamparan kebun teh di Jalur Cianten lumayan  mirip dengan di Rindu Alam, perbedaannya hanya terletak pada pemandangan yang terbuka dan luas serta yang lebih penting semuanya jalurnya bisa dilalui sepeda dengan nyaman. Perbedaan lainnya, walaupun Jalur Cianten ini didominiasi oleh turunan seperti di Rindu Alam, tetapi trek kebun teh tetap menyuguhkan tanjakan ringan yang bisa membuat badan menjadi berkeringat. Jalur di kebun teh memiliki banyak cabang, bagi para goweser baru ada baiknya tetap memperhatikan pimpinan rombongan offroad agar tidak tersesat.

cianten, tea plantation Selain jalur tanah, area kebun teh juga menyuguhkan jalur aspal  melewati bangunan yang sepertinya pabrik pengolahan teh. Sebaiknya jangan mengayuh dengan cepat pada stage ini, dinikmati saja. Rumah penduduk yang bersebaran sepanjang jalur juga menghadirkan suasana Cross Country yang kental, pemandangan yang tidak kita dapatkan di Rindu Alam.

Sumber Panas Bumi Chevron

cianten, near chevron's earth thermal Setelah melahap sedikit tanjakan aspal , belok kiri, akhirnya sampai ke instalasi sumber panas bumi yang dikelola oleh Chevron. Letak instalasi ini berada di salah satu puncak bukit. Di dekat/sebelum instalasi tersebut terdapat saung yang bisa digunakan untuk beristirahat, saat kami lewat saungnya sudah penuh oleh rombongan wartawan foto yang berangkat lebih awal. Kami tiba di tempat ini tepat tengah hari, tepat ketika terik sinar matahari memancarkan sinarnya yang  menyengat tepat diatas kepala kami, benar-benar panas. Ditambah jalur yang dilalui adalah jalan beton semen yang biasa dilalui mobil, panas yang memantul dari beton semen terasa sampai ke wajah. Pffff……..

cianten, earth thermal Pemandangan indah di posisi instalasi panas bumi Chevron mengalahkan rasa panas yang menyengat. Teman-teman KGC, THCC dan Sacyc yang bersama saya  sangat menikmati pemandangan alam yang disuguhkan. Ketika beristirahat di sebuah saung setelah instalasi , di saat kami tertawa bercanda gembira. Martin berujar dengan wajah ‘sumringah’ ,” Bener-bener nggak nyesel gue kesini, jalurnya keren banget.” Di kejauhan kami dapat menyaksikan uap panas bumi yang menyembur ke udara.

cianten, near chevron's earth thermal Setelah mencapai instalasi panas bumi Chevron, jalur yang dilalui adalah turunan di jalur beton semen, tidak semuanya turunan sih. Ada beberapa tanjakan yang lumayan menguras tenaga yang harus kami taklukkan. Menanjak di atas semen panas siang hari , cukup menyiksa dan menguras persediaan air minum. Di titik ini saya khawatir menghabiskan air minum terlalu banyak, khawatir tidak cukup. Untungnya salah satu teman dari SaCyc menginformasikan bila ada warung di kampung berikutnya.

Tebing Bukit

cianten, down and up Stage panas bumi Chevron diakhiri dengan melewati instalasi chevron yang menjalankan mesin-mesin diesel di atas sebuah bukit. Kami mengambil jalur tanah tepat disebelah instalasi tersebut. Jalur tersebut tepat berada di tepi sebuah bukit. Jalurnya 100 persen tanah liat yang kering. Beruntung saat itu tidak hujan, sehingga jalurnya tidak becek. Sepertinya bila saat itu hujan bisa di pastikan ban sepeda kami akan menjadi donat.

Beberapa  saat menyusuri jalur tanah di tepi bukit, tidak lama kemudian kami disuguhi oleh jalur jembatan kayu. Kata teman dari SaCyc, jembatan dan jalur di sekitarnya merupakan hasil pengerjaan yang di sengaja. Sebelumnya jalur ini lebih sulit di lalui katanya, tidak selebar dan semulus sekarang, jembatannya pun lebih bagus. Pada suatu titik di ketinggian tebing, kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa indah, hamparan sawah di lembah yang dilingkari oleh tebing, kalau tidak mau dibilang berlebihan, seperti di Ubud Bali. Hehehehe…

Mengenai trek Cianten ini.  komunitas SaCyc memang harus diacungi empat jempol. Selain mememukan/membuka jalur offroad baru, mereka juga secara rutin mengelolanya. Memperbaiki jalur yang sulit dilalui, mencari jalur alternatif dan juga menjalin relasi dengan penduduk lokal. Entah bagaimana detail mereka melakukannya, initinya mereka melakukannya.

Kampung, Sawah dan Sungai

cianten, to the roof top Jalur tebing bukit berakhir ketika kami mencapai sebuah dusun penduduk dengan kondisi jalur menurun. Sebuah dusun kecil diantara lembah-lembah bukit dan aliran air sungai. Sampai titip ini pun kami masih sangat menikmati perjalanan offroad. Tiada habis-habisnya kami terkagum-kagum dengan pemandangan yang di suguhkan.

cianten, the river Di ujung perjalanan melewati dusun, kami disuguhkan jembatan besi kecil yang membelah sungai bening. Ketika kami sampai, beberapa teman-teman dari Rosela sudah tampak memenuhi dasar sungai. Sepertinya tempat ini sangat cocok untuk melepas lelah. Beberapa goweser tanpa sungkan-sungkan membasahi diri dengan air sungai yang masih jernih tersebut. Di titik ini , kami dan rombongan lainnya berhenti cukup lama untuk menikmati sungai dan mengisi tenaga.

Makadam (Mc Adam) dan Jalan Raya

Selepas sungai, berikutnya kami memasuli jalur Mc Adam (baca: makadam), jalan berupa batu pecah yang diatur padat dan ditimbun dengan kerikil. Di sepanjang jalur ini dengan mudah ditemukan rumah penduduk dan warung. Khawatir kehabisan persedian air habis, daya dan beberapa teman mampir terlebih dahulu di warung membeli air mineral. Uniknya, dari tiga warung yang saya singgahi, tidak satupun warung yang menjual air mineral merek Aqu*. 😀

Bagi sepeda hardtail, jalur ini benar-benar menyiksa. Sepeda melompat lompat liar dan tidak dapat meluncur cepat, belum lagi pantat yang lumayan sakit bila harus duduk di sadel. Jalur ini hanya menjadi surga bagi sepeda-sepeda Full Suspension (fulsus). Goweser yang menggunakan sepeda tipe fulsus dapat melaju cepat di jalur ini, meninggalkan yang lain di belakang. ‘Sialnya’ jalur ini cukup panjang, sepanjang jalan umpatan ‘aduh..aduh..aduh..!!#@%$!!.‘  Keluar dari mulut para goweser hardtail.

Akhir dari jalur makadam ini adalah pertigaan jalan aspal. Di pertigaan ini ambil arah ke kanan. Sebagian besar jalur ini di dominasi turunan aspal yang meliuk-liuk yang tentunya sangat panjang dan menyenangkan. Jangan lupa mengunci (lock) suspensi depan atau belakang, karena ada beberapa tanjakan yang lumayan terjal dan panjang di beberapa titik. Beberapa goweser yang berharap sudah tidak ada tanjakan di stage ini harus gigit jari dahulu. Hehe…

Hati-hati, pada suatu titik , jalur aspal ini memiliki cabang ke arah perumahan yang harus dilalui/diambil. Beberapa anggota SaCyc dengan baik hati berhenti di pertigaan untuk mengarahkan goweser yang sedang meluncur turun dengan cepat agar masuk ke jalur tanah di sebelah kiri. Bila tetap mengambil jalur aspal (jalan raya) dipastikan kita tidak akan bisa kembali ke PLTA alias nyasar.

Jalur Air dan Extreme Downhill

cianten, water pipeSetelah mememasuki jalur tanah dan masuk ke perkampungan, akhirnya kami melalui/menyusuri jalur air buatan yang lumayan lebar. Jalan menuju jalur air bercabang di beberapa titik, bagi goweser yang belum pernah melalui jalur ini baiknya tetap mengikuti rombongan di depan. Suasana menyusuri jalur air sangat menyenangkan, tidak ada tanjakan, single track meliuk-liuk dan pohon yang rindang menjadikan jalur ini bonus tersendiri bagi goweser yang masih kesal menghadapi tanjakan di jalan aspal sebelumnya.

Jalur air ini akhirnya diakhiri dengan jembatan kayu yang menopang pipa air PLTA Karacak yang melintasi sungai. Bila ingin menyeberang dengan sepeda, perhatikan dahulu sisi di seberang jembatan. Pastikan tidak ada motor atau orang yang akan menyeberang dari arah berlawanan. Jembatan ini hanya bisa dilewati satu arah oleh sepeda atau motor.

cianten, the lake Setelah melewati jembatan, beberapa saat kemudian kami disuguhkan jalur pinggir situ/waduk kecil, sepertinya situ buatan untuk menampung sementara (buffer) air PLTA. Baru sadar hari sudah sore, cahaya matahari sore memantul indah di air waduk. Gowes di sepanjang pinggiran situ dan akhirnya sampai ke titik dimana turunan terjal sudah menanti.

cianten, get ready for extreme downhill. Turunan ini lumayan panjang dan terjal, rumput yang menyelimutinya menjadikannya cukup licin. Bila ragu-ragu baiknya jangan meluncur dengan sepeda di jalur ini, tuntun saja di anak tangga yang telah tersedia. Setelah beberapa rekan ada yang menuntun. Akhirnya saya beranikan diri untuk mencoba meluncur dengan sepeda, dengan terlebih dahulu menurunkan seatpost tentunya. Pertama menukik langsung terasa keterjalannya, kedua rem depan dan belakang harus dimainkan dengan hati-hati. Bila lepas konsentrasi sekali saja, niscaya akan terguling jatuh. Beberapa goweser yang mencoba jalur ini ada yang berhasil dan juga ada yang terjatuh dengan luka serius.

Paling tidak, di depan mata saya ada dua goweser yang terjatuh dan mendapat luka cukup serius. Satu terjatuh di tengah turunan dan terguling, satu lagi terjatuh di akhir turunan karena gagal mengantisipasi gundukan tersembunyi di akhir turunan. Goweser kedua mengalami cedera serius, tidak bisa gowes lagi karena bahunya sakit bila digerakkan.

Beruntung, titik finish sudah sangat dekat, PLTA karacak tinggal 100 meteran lagi. Teman-teman yang sudah sampai duluan di warung dan makan sup buah yang terkenal lezat itu datang menjemput menolong dengan kendaraan roda empat.

cianten - near chevron's earth thermal Sabtu itu menjadi salah satu episode offroad yang menyenangkan. Jalur offroadnya lengkap, jalan tanah, aspal, tanjakan, turunan, dan lainnya, semuanya ada. Terlebih lagi gowesnya bareng teman-teman yang menyenangkan juga. Menurut pendapat pribadi saya jalur ini lebih baik dan seru dari Rindu Alam karena variasinya kebih banyak, semua tipe jalur memiliki kontribusi yang merata, pemandangannya indah dan semua jalurnya bisa di gowes.

Enjoy!!!

Download Track Cianten (134 downloads )

15 Comments Cianten, Lebih Baik (Seru) Dari Rindu Alam

  1. free font

    salam kenal mas ^^!
    saya dulu juga suka sering bersepeda dengan ayah saya ketika weekend. sejak menikah, saya sudah tdk pernah lg bersepeda…. melihat cerita mas, sy jadi kangen ingin bersepeda lagi.

    Reply
  2. buntoro

    Wah ceritanya bikin penasaran nih…kalo saya pengen coba track Cianten trus perlu marshal bisa hubungi siapa ya disana ?
    Mohon pencerahannya om…trims

    salam gowes
    ~~~~~~~~~~~

    Reply
  3. didit s.banuardi.n

    Kalo nggak ada yg pernah kesana bisa pake GPS, berkasinya bisa dunduh di bagian Jalur Sepeda.
    Atau bila rombongannya tidak terlalu besar, misal 2 orang , coba aja langsung ke PLTA Karacak hari sabtu/minggu dan ijin ‘nempel’ sampa rombongan lain. 😀

    Reply
  4. Sanjiv De Bluster

    emang ajiiib …treknya ….cuma memang jalan makadamnya terlalu banyak jadi cukup menyiksa buat sepeda hardtail…..kami dari komunitas DE BLUSTER mengucapkan banyak terimakasih buat kawan kawan goweser dari SaCyc yang telah menjadi “guide” pada event DE BLUSTER CIANTEN HIGHLANDER minggu 27 sept 2015 kemarin….Salam gowes selalu …

    Reply
  5. Sanjiv De Bluster

    di sarankan , untuk melahap trek Cianten menggunakan sepeda fulsus yang shock nya bisa di ON OFF , jadi pada saat nanjak agar tidak terjadi “bobbing” shock nya di off ( di matikan ) agar power tidak terbuang oleh goyangan sepeda….dan pada saat turunan terjal berlubang , berbatu (makadam) shock nya kembali di posisi ON agar sepeda nyaman dan stabil…

    Reply
  6. Adi

    Halo Mas,
    Salam kenal.

    Lama tidak gowes sepeda gunung , dan pulang ke tanah air cari2 track sepeda.
    Kalo masih simpan file gps nya boleh dong dibagi2 :D.

    Link di blog sdh tidak bias diakses.

    Terima kasih sebelum nya.

    Reply
    1. diditho

      Salam kenal Mas Adi. Selamat kembali ke tanah air. Maaf, filenya hilang saat pindahan server. Saya coba tanyakan dulu ke teman yang masih aktif sepeda gunung.

      Reply

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.