BANGKOK (3)
Catatan Perjalanan Traveler Cantik
(dilarang protes, blog-blog gue…hohoho)
HARI IV — 12 Agst 2012
Tujuan: Sirikit Park – Chatuchak Weekend MarketModa : BTS sky train dan MRT Subway
Di bagian ketiga di tulisan ini (ini yang pertama, ini yang kedua) , awalnya, gue merencanakan hari ini adalah hari kereta api untuk CB. Di rencana perjalanan sudah tertulis kalu kami akan naik sky train, lalu MRT subway, lalu pergi ke museum kereta api (Bangkok Railway Hall of Fame), dan berakhir di Children Discovery Museum. Tapi rencana tinggal rencana… .
Pagi-pagi setelah sarapan (penting!!!) kami nebeng shuttle ke BTS terdekat lalu turun di stasiun Sala Daeng untuk transfer menggunakan MRT subway. Ini juga pengalaman gue pertama kali naik subway. Ajegile ni stasiun subway keren banget ya… rapi dan bersih. Masuk juga harus melalui detektor yang ketika bunyi “tiiiiit…” ya benar-benar diperiksa. Sistem tiketnya pun sama dengan sky train, cuma bedanya di subway bentuk tiketnya seperti koin plastik yang sudah diberi semacam chip.
Untuk anak-anak di bawah umur ongkosnya setengah dari orang dewasa. Bagi CB ini pengalaman yang mencengangkan.
Dia terheran-heran, kok, bisa ya kereta ada di bawah tanah. Makanya, dia ogah banget beranjak dari stasiun.
Jangankan dia yang gumunan, gue juga gumun, kok (norak yaaa! Hehehe). O ya stasiun subway ini dibuat dua tingkat, lho.
Tujuan akhir kami adalah stasiun Mo Chit di Chatuchak Park. Dari situ bencana deh muter-muter nyari museum kereta api nggak ketemu-ketemu. Tanya sana-sini juga nggak ngerti. Udah nggak ngerti Bahasa Inggris plus nggak ngerti juga kalau Bangkok itu punya museum kereta api. Padahal, tuh museum, menurut webnya, cuma buka setengah hari doang. Sementara kami muter-muter sudah mau jam 12 siang. Give up deh… . Lalu, kami naik tuk-tuk untuk melanjutkan destinasi berikutnya, Children Discovery Museum… yang ternyata tutup karena ada acara… haallaaaahh… nasib. Akhirnya, kami duduk melepas bete dan capek di bangku taman yang ternyata itu adalah Queen Sirikit Park.
Pas jam 12 teng, air mancur di belakang bangku kolam yang kami duduki menari-nari… yes, it’s dancing fountain. Hati rasanya nyesss deh… apalagi musik pengiringnya adalah musik jazz (gue denger juga Raja Thailand ini pemain musik jazz… kalau nggak salah, sih). Obat mujarab banget buat hati bete.
Jadi, kami pun sepakat menuju Chatuchak Weekend Market yang tinggal menyeberang saja dari Sirikit Park. Sesuai dengan namanya, pasar ini Cuma buka pas weekend doang dan konon termasuk dalam 1 in 1.000 places to see before you die.
Sangar nggak tuh! Tapi emang, sih, pasar ini unik banget dan luas banget (coba deh ya, tolong di-search berapa luas nih pasar) . Saking luasnya, pengunjung dikasih peta. Meskipun demikian, susah juga untk mencari jalan keluar yang sama dari tempat kami masuk… itu saking luasnya.
Pasar ini dibagi dalam beberapa zona, sesuai dengan jenis dagangannya. Ada zona barang bekas, buku-buku, pakaian, suvenir, pakaian, seni, bunga, perlengkapan hewan, ikan, bunga pelastik, alat sembahyang, kerajinan tangan, dsb (sumpah banyak banget dah tokonya).
Tahu nggak yang bikin gue seneng dan terharu apa? Kebetulan kami nyasar ke bagian art and design… aduh… bagus banget jualan mereka. Seperti pasar seni Ancol, tapi suasananya lebih groovy dan muda banget.
Gue terkesan banget karena yang jualan di zona itu kebanyakan mahasiswa dan anak muda yang dagangannya itu ya, proyek seni mereka sendiri.
Top ya ada pasar khusus yang mewadahi mereka. Pasar yang punya akses internasional pula. Banyak juga tuh turis-turis ngeborong dan langsung dipak untuk dikirim ke negara mereka via jasa kurir internasional yang berceceran di pasar itu. Kalau punya duit banyak gue borong, deh… (ngayal).
Karena sudah sore, kami bersiap balik ke hotel. Yang lucu adalah peristiwa CB memukuli satpam subway… untung tu bocah nggak dideportasi hehehe… . Seperti biasa, sebelum memasuki stasiun semua pengunjung wajib melewati detektor. Waktu itu CB gue gandeng dan detektor berbunyi nyaring. Satpam nyuruh gue untuk membuka ransel and she found nothing of course. Lalu, dia minta CB menyerahkan tentengannya untuk diperiksa (CB bawa kantong kresek yang berisi suvenir tuk-tuk).
CB nggak terima dong nangis jerit-jerit, nggak mau tuk-tuknya diambil. Meski sudah dijelasin tetep nggak mau. Akhirnya gue ambil paksa dan gue serahin ke satpam.
Tanpa diduga, CB menghampiri satpam, memukul dan menendang tanpa ampun… bak-buk-bak-buk… sehingga mengagetkan satpam (tuh satpam nggak tahu didikan emaknya CB sih… heuheuheu).
Jadi deh tontonan orang sestasiun L . Untung satpamnya baik cuma cengar-cengir doang… mungkin tengsin dilawan sama bocah empat tahun. Ha!!!
O ya yang menarik itu di stasiun MRT terdapat gerai sepatu pengganti. Jadi, kalau ada perempuan-perempuan Bangkok ber-high heels dan heels-nya patah atau rusak, mereka bisa memakai fasilitas sepatu pengganti.
Tapi bener, lho bok… gue kagum sama perempuan-perempuan Bangkok cantik-cantik — bukan dalam arti fisik yaa… tapi gue kagum karena mereka bisa bebas mengekspresikan dirinya lewat pakaian yang dipakainya yang apabila dipakai di Jakarta pasti bisa “ditembak” oleh para “polisi moral” dan disiul-siulin oleh lelaki bedebah. Dan mereka dengan pede-nya memakai pakaian seksi di angkutan umum dan di jalan, even di malam hari. Gue yakin, mereka berani begitu pasti karena mereka merasa aman. Salut untuk manajemen kota yang bisa bikin suasana sekondusif itu dan acungan jempol untuk para laki-laki yang kalem dan bahagia membiarkan para perempuan tersebut bereksplorasi dengan pilihan busana mereka!!!
HARI V – 13 Agst 2012
Tujuan: Damnoen Saduak Kanal & Floating Market – Jakarta
Moda : Taksi, Perahu
Ini adalah hari terakhir kami berpelesiran di Bangkok. Untuk menutup acara, kami memilih mengunjungi Damnoen Saduak floating market dan menyusuri kanal di sekitaran pasar. Sebenernya, sih, ini episode paling bete buat gue di sepanjang liburan singkat ini. Awalnya, kami memang minat banget untuk mengunjungi pasar apung ini. Namun, karena letaknya di luar Kota Bangkok jadi agak mikir, karena aksesnya tak bisa ditempuh oleh kereta, only by bus yang rada males gue naikin (bukan apa-apa, habisnya banyak orang yang nggak bisa bahasa Inggris dan bisa baca tulisan latin… kalau gue tanya mereka nggak mudeng-mudeng repot).
Melihat brosur di hotel yang menyediakan jasa antar ke floating market itu lumayan juga harganya per orang 850 Bath. Lalu di luar hotel ada taksi yang menawarkan jasa ke sana dengan harga 800 Bath. Gue sih lebih tertarik ikut rombongan hotel karena di buku panduan yang gue baca ada peringatan untuk berhati-hati dengan orang Thai yang sok ramah. Buuuutttt… Didit ngebujuk gue untuk naksi aja karena lebih murah dan meyakinkan gue kalau taksi itu setiap hari ngetem di depan hotel jadi pasti aman. Dan kami pun pergi jam 7 pagi.
Butuh sekitar 2 jam perjalanan untuk menuju pasar apung yang jadi salah satu ikon wisata Bangkok itu. Kami tiba di sebuah lapangan parkir yang luas tapi sepi. Kata si sopir nanti kami akan diantar ke pasar apung itu naik perahu.
Perasaan gue udah nggak enak. Eh, bener deh ternyata kami digetok 5.000 Bath untuk dua orang oleh si empunya perahu. Asssuuuu… . Boookkk, itu kan duit untuk belanja gue di duty free bandara… asssuuuuu… .
Jadi, nih tukang taksi udah komplotan sama pemilik perahu dan pastinya tukang taksi bakal dikasih fee.
Sebenernya, sih, kalau hati nggak dongkol perjalanan menyusuri kanal dan melihat kehidupan masyarakat tradisional yang hidup di bantaran kanal menyenangkan sekali. Tapi apa daya… cemberut dah gue selama perjalanan itu. Jadi di bawah ini gue akan ceritain apa yang gue lihat di sana tanpa melibatkan perasaan gue (karena hati dan bibir gue masih manyun ):
1. Rumah-rumah di bantaran kanal bentuknya panggung. Meskipun mayoritas rumahnya kumuh, tapi punya akses air bersih (jadi mereka nggak pakai air sungai untuk MCK).
2. Di kanal jarang ketemu sampah.
3. Ada buaya melintasi perahu kami.
4. Di sisi-sisi kanal banyak terdapat toko suvenir.
5. Saat mendekati pasar apung, banyak penduduk dengan perahu bersampannya menjajakan buah-buahan, mie, suvenir, sayur. Jadi transaksi berlangsung dari perahu ke perahu… yah, semacam pasar apung di Kalimantan itu.
6. Dan ternyata kami melewati meeting point yang penuh dengan turis, yaitu tempat di mana seharusnya si tukang taksi itu mengantar kami (jediiggg…).
7. Sebenarnya pasar ini bukan pasar yang riil, tapi oleh pemerintah setempat dikondisikan seperti itu untuk menarik para turis.
Gimana, tulisan di atas nggak berperasaan kan? :p Nah, sepanjang perjalanan pulang (masih dalam keadaan ilfil sama si tukang taksi… padahal udah gatel nih mulut pengen nanya berapa yang dia dapet dari tokai perahu itu) gue menyalurkan energi negatif yang secara khusus gue tujukan ke tukang taksi itu (episode pembalasan Ratu Kidul).
Dan emang yaaa… Tuhan gue itu Maha Adil dan mendengarkan doa orang teraniaya… di perjalanan pulang taksi kami ditilang polisi dan SIM-nya ditahan (nggak tahu juga tuh sebabnya apa)… sedaaap ya, pak… cari rezeki nu halal, geura… bad karma kan jadinya (tertawa memerkan taring… hahahahaha)!!!
Jadi emang bener di setiap perjalanan apa pun kejutan manis selalu disertai dengan kejutan pahit dan itu yang membuat setiap perjalanan mempunyai impresi tersendiri… nggak ada duanya.
So, that was all my stories… what’s yours? Please kindly comment :p
Bangkok at Flickr
The End
mba maaf mau minta info dong kalau bts/mrt di bangkok itu line gmn yah mba? apakah cuma satu arah misal dari silom ke mo chit saja atau bisa sebaliknya? terima kasih mba.
dua arah
Hi mates, its fantastic article abot tutoringand completely explained, keep it up all the time.