Melakukan aktivitas sepeda gunung (mtb) di jalan raya dan offroad telah membawa saya sampai pada tahap memiliki banyak teman bersepeda di kantor.
Tahun 2011, saya memutuskan untuk mundur dari dunia sepeda gunung dan 2012 ini saya berani mengakui bila hobi saya yang satu ini sudah tamat.
Pertanyaan pentingnya adalah mengapa berhenti ?
Saya mencintai hobi ini hampir sama dengan saya mencintai keluarga saya, butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun sepeda gunung impian, menulis artikel di blog dan sudah begitu banyak jalur sepeda yang saya nikmati bersama rekan kantor.
Berawal pada tahun 2011, saya memiliki masalah dengan mata minus saya, istilah medisnya miopi atau sering juga disebut dengan rabun jauh. Saya menderita rabun jauh semenjak kelas 3 SD dan harus menggunakan kacamata minus untuk kegiatan sehari-hari.
Awalnya biasa saja, sampai pada tahun lalu, kombinasi lensa untuk mata kiri dan kanan membuat saya tidak nyaman (pusing) terus menerus, hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Biasanya, tiap habis dari dokter mata dan menerima resep mata minus baru, entah minusnya terkoreksi naik atau turun, saya hanya membutuhkan satu hari untuk penyesuaian dan penglihatan saya sudah bisa beradaptasi dengan kacamata baru.
Kali ini ternyata lain cerita, karena perbedaan minus yang tinggi antara mata kiri dan kanan (lebih dari 3 dioptri), mengakibatkan (baca:akhirnya) saya membutuhkan pengaturan khusus agar perbedaannya bisa kurang dari 3 dioptri (walaupun harusnya 3 dioptri atau lebih).
Mengapa membutuhkan pengaturan khusus ? Mata manusia pada umumnya tidak akan ‘sanggup’ untuk mengakomodasi penggunaan lensa dengan perbedaan dioptri diatas tiga (3), pasti akan pusing dan mual. Hanya 1 dari 1000 orang yang bisa mengakomodasi perbedaan kekuatan dioptri lebih dari tiga.
Apa hubungannya dengan aktivitas sepeda gunung (mtb) ?
Sebenarnya sih nggak ada! Lho..? Maksudnya bukan perbedaan ekstrim nilai minus mata kiri dan kanan yang membuat saya mundur dari aktivitas sepeda gunung, tetapi lebih pada tingginya angka minus mata saya.
Saya membutuhkan tiga kali percobaan pengaturan nilai minus dengan tiga dokter mata yang berbeda sampai pada akhirnya saya mendapatkan kombinasi yang ‘tepat’, dan itu terjadi pada saat berkunjung kedokter terakhir (ketiga), dua dokter sebelumnya gagal! Menurut pencermatan saya, kegagalan dua dokter sebelumnya karena mereka hanya mengandalkan pemerikasaan alat dan test baca biasa.
Ternyata ada hal positif (keuntungan) dari pertemuan dengan tiga dokter berbeda tersebut, ketiganya menyarankan saya untuk tidak lagi melakukan olahraga berat.
Apa hubungannya mata miopi (minus) tinggi dengan aktivitas (olahraga) berat ?
Menurut para dokter senior tersebut , mata minus lima (5) keatas artinya bola mata membesar 1 mm. Mata minus tujuh (7) seperti saya, artinya bola mata membesar 2 mm.
Pembesaran bola mata mengakibatkan kecenderungan retina untuk lepas dari dinding bola mata menjadi sangat besar. Hal ini karena lapisan retina akan mengalami penipisan seiring dengan area yang makin besar. Dalam dunia medis, lepasnnya retina disebut dengan Retina Detachment.
Lepasnya retina sendiri sebenarnya sudah bisa diobati dengan operasi yang sayangnya sangat mahal dan juga pastinya memiliki tingkat kegagalan. Seorang dokter senior yang akhirnya menemukan pengaturan kacamata yang tepat untuk saya, Dokter Lembah Redati – RS Aini mengeluarkan statement yang cukup ‘menakutkan’
“Mau , retina kamu lepas ?” ujarnya dengan keras.
“Operasinya mahal loh, sayang mata kamu. Mulai sekarang jangan melakukan olahraga berat dan yang ada gerakan melompatnya!” sambungnya.
“Seharusnya sejak minus lima, kamu sudah tidak boleh melakukan aktivitas berat.” ujarnya menutup vonis.
Pada awalnya hal ini benar-benar membuat saya ‘drop‘, tetapi tidak lama, terima saja, toh saya masih bisa gowes santai di jalan raya-komplek yang bebas dari tanjakan dan turunan curam.
Mari kita jual MTB nya…dibuka di angka 10jt yaaaaa…..dipilih….dipilih…..
wah beneran mau di jual mas?ane diem2 meratiin blog nya lho
Wah terimakasih atas apresiasinya.., tentang sepeda nggak dijual lah.. merakitnya saja susah payah dan lama. sepedanya tetap saya gunakan tetapi tidak untuk offroad yang ekstrim. 😀
thanks mas infonya. Saya juga sama. Saya senang sekali olahraga, terutama jogging. Kemarin, dokter memvonis saya untuk menghentikan seluruh aktivitas olahraga yang menyebabkan tubuh saya lelah. Awalnya saya bandel, meski dibilang ngga boleh tapi tetap melakukan. Tapi ketika kemarin minus mata dinyatakan naik, saya benar2 diminta untuk berhenti. Huhuhu, sedih sekali rasanya. Oh ya, dokter Lembah memang oke, sangat telaten 😀
Tidak bisa melakukan hobi olahraga pastinya bikin ‘down’. Akhirnya saya juga mulai belajar menerima keadaan dan mulai berolahraga ringan.
Tetap semangat ya…
walah mas, serius tho hubungan antara olahraga berat dengan mata minus. Kebetulan minus saya itu -9 kiri, kanan -5, dan saat ini saya menggunakan RGP (hard contact lens) untuk mengatasi ketidakmampuan lensa kacamata.
Olahraga berat lain apa saja yang tidak dianjurkan oleh dokter mata untuk penderita rabun jauh mas
Satryo – Jakarta
yang jelas yang membuat kita mengejang, seperti mengangkat lemari, angkat barbel, dll
bungee jumping, naik halilintar juga gak disarankan untuk penderita minus tinggi. Intinya yang semacam jatuh langsung dari ketinggian gitu secara mendadak. Tapi saat saya masih -10 (mata ki-ka), saya memberanikan diri naik halilintar. untung aja gpp. 🙂