Wow..…sudah lama sekali tidak menulis di blog ini. Sebenarnya sih masih nulis, tapi sementara nulis disini dulu yang paling dekat dengan pekerjaan sehari-hari. Selain intensitas menulis menurun , intensitas gowes offroad juga tidak sesering tahun-tahun sebelumya . Yeah maklum… SAP BW and CB adalah dua berkah yang bisa membuat aktifitas sepeda terlupakan sejenak. Sampai pada bulan Maret 2010 ini ada momentum untuk mengembalikan aktifitas gowes, Ya..Jambore Sepeda KGC 2010 di Bandung. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan, dengan ‘persiapan yang matang ‘akhirnaya saya bisa menikmati gowes offroad dan onroad perdana 2010 di Bandung.
Di pertemuan-pertemuan persiapan acara Jambore KGC 2010 ini, ada beberapa pilihan transportasi. Berangkat ke Bandung menggunakan kereta api merupakan rencana awal. Kata mas Agung Hartanta (AH), dengan naik kereta api bisa didapatkan suasanaya, ambience katanya. Akan tetapi mengingat kerepotan yang akan ditimbulkan dan juga resiko ketinggalan kereta, akhirnya diputuskan jambore kali ini menggunakan transportasi bus dan truk engkel untuk mengangkut sepeda.
Berangkat, Sabtu 13 Maret 2010
Baru kali ini saya mengalami acara gowes dengan waktu keberangkatan yang on schedule , empat puluh (40++) orang lebih pesepeda dari Kompas Gramedia berkumpul tepat jam 06:00 wib pagi didepan Bentara Budaya, itupun dengan kondisi sepeda sudah terloading di truk…whooot….suprrise..surprise. Nampaknya semua peserta jambore tidak mau menanggung resiko ketinggalan, mungkin karena malam sebelumnya ada ‘ancaman’ bila ada yang ngaret lebih dari jam 6 pagi akan ditinggalkan rombongan bila terlambat. Panitianya Sadis! haha…
Ada kejadian lucu ketika Bus melanjutkan perjalanan dari suatu rest area di Toll Cikampek. Beberapa saat setelah bus berangkat dari tempat peristirahatan, tiba-tiba Mas AH mendapat telepon dari Fami. Dengan Wajah panik campur bingung, Mas AH berucap ” Fami Ketinggalan…..!!”.
Ini mirip film warkop DKI.wuakakakakak…
Setelah melakukan koordinasi , akhirnya Fami bisa menyusul rombongan dengan cara menumpang salah satu bus Antar Kota Antar Popinsi (AKAP).
Tangkuban Perahu (Day 1)
Pada hari pertama Jambore KGC di Bandung, rombongan di bagi dua kelompok besar, offroad dan onroad. Saya tentunya mengikuti rombongan offroad, rencananya start dari Tangkuban Perahu dan berakhir di Setiabudi Kota Bandung.
Ketika jam menunjukkan pukul 11:00 wib, setelah cek sepeda dan berdoa , peserta offroad langsung memasuki jalur offroad. Beruntung cuaca saat itu cerah sehingga jumlah rombongan yang lumayan besar dapat sedikit lebih lancar melahap jalan aspal rusak dan tanah.
Menurut saya, jalur offroadnya sangat menyenangkan, hampir tidak ada tanjakan yang berarti. Rute antara Tangkuban Perahu sampai dengan Lembang hanya menghadirkan satu tanjakan terjal di sebuah desa dan beberapa tanjakan kecil ketika kami nyasar. Intinya kalo sampai nanjak berarti kami nyasar. 😀 Jalur ini hampir 100 persen…, atau kalau tidak mau dibilang terlalu optimis.., sekitar 90 persen turunan. Terdapat jalur single track di hutan pinus sebelum Jaya Giri yang menurut saya sangat asik dilalui segala jenis sepeda gunung, baik XC, AM maupu DH. Tingkat kecuramannya tidak terlalu ektrim memberi kesempatan semua sepeda meluncur dengan cepat.
Ketika jam menunjukkan pukul 13:00 wib kami sudah sampai di Lembang. Waktu yang tepat untuk makan siang! Terus terang, masakan sundanya sangat nikmat!! Maaf, lupa nama tempat makannya, pokoknya di Lembang. Setelah makan siang , istirahat dan melakukan obrolan yang membahas betapa nikmatnya jalur tadi, kami kembali melanjutkan perjalanan ke arah Bandung dengan menghindari jalur aspal ( jalan utama). Rencananya kita akan melewati Boscha dengan sedikit menanjak. Begitu janji si Road Captain (a.k.a Agus Sur), tapi apa daya rombongan yang besar membuat kami salah jalan dan akhirnya tidak melewati Boscha. Rombangan akhirnya melewati jalur aspal rusak sampai ke Kota Bandung, dan tentunya tanpa menemui tanjakan.
Sesampainya di Kota Bandung , rombongan melanjutkan perjalanan ke Jalan Progo untuk bertemu rombongan onroad yang sudah menunggu dan kemudian gowes bersama ke penginapan.
Penginapan dan Door Prize..
Acara gowes hari pertama berakhir di penginapan, seluruh peserta baik offroad dan onroad berkumpul di penginapan sekitar pukul 17:00. Semua orang nampak ceria, disamping offoad yang menyegarkan ternyata penginapannya pun nyaman dan menyenangkan.
Salah satu acara yang paling ditunggu-tunggu tentunya makan malan dan doorprize! Saya sebenarnya lebih menantikan menu makan malamnya. Bila menyangkut undian berhadiah, saya bukanlah orang yang memiliki keberuntungan. Tidak pernah menang doorprize utama seumur hidup…:-D
tapi, entah mengapa ada sesuatu yang berbeda pada acara malam itu. 😀
Kang Ush dan Cak Kris yang berperan sebagai MC malam itu berhasil membuat suasana menjadi guyub, semua orang tertawa ceria malam itu. Acara doorprize pun jadi tambah seru. Satu persatu peserta Jambore yang beruntung mendapatkan hadiah tersenyum gembira, tetapi pastinya kegembiraan yang ditunggu-tunggu ada pada penantian doorprize utama, Frame Polygon dan Sepeda Lipat United. Yippie….!!
Ketika undian sepeda lipat dilakukan, Kang Ush berucap...”wah kepala tiga nih….tiga.tujuh!”
Duerr……. saya sempat kaget bengong tidak percaya mendengarnya. sepertinya “tiga tujuh” itu nomor undian yang saya pegang. Beberapa kali saya memperhatikan nomer di tangan saya dengan perasaan tidak percaya.Maju mendekat untuk menerima hadiahpun saya masih tidak percaya.
Bagi saya peristiwa malam itu cukup unik dan spesial, selain saya tidak pernah mendapatkan doorprize utama juga karena saya tidak begitu menyukai sepeda lipat! Pernah punya pengalaman, ketika menggunakan sepeda lipat di suatu acara fun bike saya beberapa kali hampir jatuh. Mulai saat itu saya yakin seratus persen nggak mau lagi menunggangi sepeda lipat. Pokoknya nggak deh..nggak gape naik sepeda lipat.
Ketika saya maju mendekat para MC, menerima dan menggendong sepeda lipat itu saya langsung kepikiran istri saya yang belum punya sepeda. Bapak dan anak udah punya sepeda, berikutnya menyusul sepeda untuk istri. Lengkap deh…
Terimakasih KGC….
Warung Bandrek (WarBan) (Day 2)
Pada hari kedua, rombongan kembali dipecah dua. Satu rombongan mencoba rute Warung Bandrek (WarBan) yang menanjak , satunya lagi rute dalam Kota Bandung. Malam sebelumnya saya dan Alfa sudah berencana dan mengabarkan teman-teman untuk ikut rombongan dalam kota saja. Mengingat saya sudah tidak pernah gowes tanjakan selama berminggu-minggu, “keder” juga bila harus mengambil rute menanjak. Terlebih jalur itu belum pernah saya lalui sebelumnya, nanjak di jalur yang tidak kita ketahui ujungnya adalah “neraka” (baca:hambalang).
Ketika start pagi hari, rombongan yang menuju WarBan berangkat terlebih dahulu. Ketika rombongan tersebut mulai meluncur, tiba-tiba Alfa bertanya ” Dit. gimana, masih mau ikut warban nggak ?. Mendengar kalimat itu saya pun kembali tergoda.
“Lihat dulu Fa, siapa aja yang ikut, kalo semuanya team”odong-odong”, keder juga nih, udah lama nggak sepedaan. Kalo kita nggak kuat terus naik angkot kan malu juga.” ujarku penuh ragu dan cemas.
Odong-odong identik untuk sebutan bagi para goweser kgc yang “sangat cinta” akan jalan nanjak.
Setelah berapa detik mengamati rombangan yang akan gowes ke WarBan…. “Tuh kan nggak semuanya odong-odong, yukkk….”, ujar Alfa. Tanpa ragu lagi, kami berdua langsung menjadi goweser terakhir yang mengikuti rombongan ke arah Warban.
Setelah beberapa menit menggowes sepeda, sudah terbayang jalur yang akan kami lalui. Menanjak..dan menanjak…dan menanjak…dan menanjak. Tidak beberapa lama bayangan itupun menjadi kenyataan, selama perjalanan ke WarBan saya selalu di posisi buncit. Bukan karena saya bertugas sebagai sweeper, lebih karena nggak kuat untuk mengimbangi pace teman-teman lain. Btw, seharusnya yang menjadi sweeper itu Kang Ush, tapi berkat latihan rutin di “pelatnas KGC”, tenaganya sudah naik berlipat, maunya gowes didepan melulu..hahaha..
Berada di barisan paling belakang memiliki konsekuensi dan cerita tersendiri, sudah pasti jadi mekanik plus motivator! Mengganti ban yang bocor, memperbaiki rantai yang putus dengan chain link dan menyemangati teman yang hampir menyerah menjadi warna tersendiri selama perjalanan nanjak ke WarBan.
“Ayo Gazur..tanjakannya bentar lagi, kalo nggak kuat didorong aja….” ujarku penuh semangat, padahal nggak tau juga selesainya kapan dan dimana..wuehehe…
Sekitar jam 10 pagi kami semua telah tiba di Warung Bandrek yang terkenal itu. Minum Bandrek hangat di cuaca dingin dengan kondisi badan lelah bercucuran keringat terasa nikmat sekali. Untuk beberapa saat , seperti biasanya kami ngobrol dan tertawa bersama. Bagi saya, perjalanan ke WarBan cukup bikin sengsara. Otot kaki yang lama sudah tidak gowes terasa ketarik semua. Sakit..ya ini persis sakit ketika pertama kali naik sepeda ke Hambalang, bedanya nggak sampe mau muntah aja.
Gedung Merdeka
Kami tidak bisa berlama-lama di WarBan, teman-teman yang gowes di dalam kota sudah menunggu di Gedung Merdeka untuk foto bersama. Sudut pengambilan yang sempit membuat para fotografer harus menantang maut berdiri di tengah jalan diantara derasnya arus lalulintas mobil agar mendapatkan gambar yang maksimal. “Satu..dua..tiiiiiiga….klik..klik..klik..” teriak para penantang maut beserta kameranya.
Packing Pulang.
Setelah berfoto bersama, kami pun meluncur menuju kantor Kompas Gramedia Bandung di Jalan Riau. Selagi mayoritas teman-teman mandi membersihkan diri dan makan siang, beberapa teman mencoba packing/loading sepeda kedalam truk engkel.
“Wah ini mesti Fami nih, bakalan nggak muat” ujarku ke mas AH. “Tenang Dit ilmunya sudah diturunkan” ujar mas AH. Tetap saja saya tidak yakin.
Benar saja, setelah beberapa saat, truk sudah penuh dengan sepeda sedangkan masih banyak sepeda yang belum terangkut. Beberapa teman yang duduk menyaksikan loading tersebut hanya tersenyum dan tertawa kecil.
“Wah ini mesti Fami nih yang ngerjain” ujar salah satu teman. Sebagai informasi, Fami adalah teman goweser di KGC yang mampu memampatkan tiga frame sepeda gunung ke bagasi toyota corolla twincam, suatu rekor yang sulit dikalahkan untuk urusan packing sepeda. Benar saja, setelah Famu menuntaskan makan siangnya ia langsung bergegas merepacking (kalo tidak mau bilang bongkar ulang) susunan sepeda didalam truk.
Hasilnya semua sepeda bisa masuk dengan mudah dan masih menyisakan ruang kosong..wuakakakakakak..
Selesai….., teman-teman goweser KGC pulang ke Jakarta dengan perasaan gembira, apalagi saya. Sesampainya di rumah seperti biasanya, nyuci sepeda. Kali ini ada yang berbeda karena CB juga udah bisa bantuin nyuci. Selain itu jumlah sepedanya sama dengan penghuni rumah. Si sepeda lipat tentunya untuk sang istri. Terimakasih KGC, benar-benar menyenangkan.
Note: Foto diambil dari jepretan kamera saku teman di facebook.
Silahkan mengunduh Jalurnya disini [Download not found] untuk perangkat GPS anda
Dear Mas Didith,
Salam kenal saya baru beberapa bulan ikutan gowes MTB, saya tinggal dibekasi timur mohon info dong goweser komunitas yang diada disekitar rumah saya… dan ingin bergabung juga dg Mas Didith..
Bisa kontak Bike to Work Bekasi