Semenjak saya mampu membeli dan menggunakan kendaraan roda empat, ada prinsip yang saya pegang mengenai pemilihan dan pembelian bahan bakar. Saya selalu menggunakan bahan bakar bensin dengan spesifikasi Oktan RON 92 yang sering disebut Pertamax 92 pada pom bensin pertamina, Performance 92 pada pom bensin Total atau Super 92 pada pom bensin Shell.
Walaupun terasa sangat menguras kantong, berikut alasan kenapa saya tetap menggunakan RON 92 dan tidak mengkonsumsi bensin bersubsidi.
1. Spesifikasi mesin mobil kompresi 9:1 keatas.
Pastikan anda membaca buku petunjuk (manual) kendaraan sebelum menggunakannya. Cari tahu angka kompresi mesin anda, bila diatas 9:1 dipastikan anda tidak boleh menggunakan RON 88 atau sering disebut Bensin Premium. Akibatnya tenaga mobil menjadi loyo, boros, dan ruang bakar berkerak karena waktu pengapian yang meleset.
Oh iya, kendaraan jaman sekarang rata-rata malah sudah banyak yang memiliki kompresi 10:1 bahkan 11:1
Bila anda memaksa memakai premium sih sebenarnya tidak apa-apa, tuh mobil / motor jalan juga, karena biasanya ada sensor kualitas bensin pada mesin mobil modern. Masalah pada mobil 90’an yang tidak memiliki sensor, waktu pengapian harus disetel ulang dan mesin jadi tidak bertenaga.
2. Mengingatkan untuk selalu menggunakan transportasi umum.
Harga bensin non subsidi itu termasuk mahal bagi saya, sehingga saya menggunakan mobil seperlunya saja, sewaktu weekend, ke kondangan, acara keluarga atau terlambat bangun pagi untuk pergi ke kantor.
Karena mahal otomatis saya punya kesadaran untuk menggunakan transportasi umum yang tersedia.
3. Menyetir mobil di Jabodetabek itu melelahkan.
Siapa sih yang bisa menikmati lalu-lintas Jakarta yang super macet ? bahkan dalam beberapa tahun lagi lalu-lintas Jakarta akan masuk dalam kondisi ‘Grid-Lock’. Mengendarai mobil sudah pasti menambah stress dan mengurangi waktu istirahat.
Dengan menggunakan transportasi umum yang memiliki penyejuk udara (AC) saya bisa tidur dan istirahat dengan nyaman.
4. Malu, bingung, absurd karena sepertinya bensin bersubsidi memang bukan hak saya.
Sampai hari ini, saya sendiri masih bingung, sebenarnya untuk siapa bensin bersubsidi itu ? untuk pribadi atau untuk kendaraan umum ?
Bila memang bensin bersubsidi itu untuk kendaraan umum seperti mikrolet, angkot, bus, transjakarta, kopaja, kopami, metromini dst. Berarti memang saya harus malu bila kendaraan pribadi saya harus menggunakan bensin bersubsidi.
Pada kenyataannya banyak sekali mobil keluaran terbaru yang menggunakan bensin bersubsidi dan tidak ada tindakan pencegahan nyata atau konsekwensi. Mungkin hal itu juga yang mendorong banyak orang untuk tetap mengkonsumsi bensin bersubsidi.
Dengan semua ketidakjelasan ini, daripada saya kepergok menggunakan yang bukan hak saya, daripada malu dan bersalah, lebih baik saya mengindari bensin bersubsidi dan menggunakan bahan bakar RON 92 (non subsidi).
Kereeeeeeennn!!! Saya masih hemat bensin mas.. cuma jalan kaki dari permata senayan ke kantor *keplak*
hahaha..belum dapat di pamulang ?
Mantap mas Didit. Perkara berat di ongkos itu yang akhirnya mencoret segala kesadaran tak menggunakan bensin bersubsidi.
Masalah berat ongkos, gue masih beharap, kota besar di Indonesia punya MRT yang serius, nggak usah jauh2 lah, bisa mencontoh bangkok.