Bila saya pikir-pikir dan rasa-rasa, Lapo terbaik untuk ‘lidah’ non Batak itu adalah Lapo Ni Tondongta Senayan yang berada di belakang gedung MPR dan DPR.
Sayangnya, semenjak persiapan Asian Games 2018, Lapo tersebut menghilang karena lokasinya harus dibongkar, digusur dan direnovasi untuk mempercantik venue lapangan tembak Senayan yang akan digunakan tanding atlet ‘bedil’ Asia.
Apa itu Lapo ?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lapo berasal dari kata lepau. Dahulu istilah ini merujuk kepada beranda di belakang rumah yang dipergunakan sebagai dapur.
Di Sumatra, tempat ini selalu identik dengan rumah makan. Sesuai dengan aksen Batak, lepau terlafal menjadi lapo.
Di Medan, Lapo adalah sebutan untuk rumah makan tradisional yang menyajikan makanan khas daerah Medan.
Menilik pada arti katanya, Lapo sebenarnya merupakan kedai atau warung. Jadi di Medan kata Lapo bisa berarti kedai minum, kedai kopi, dan lain sebagainya
Di Jakarta dan sekitarnya, seperti transformasi yang terjadi di kota-kota besar lainnya, Lapo juga artinya tempat makan yang menyediakan masakan khas Sumatra Utara.
Lapo Ni Tondongta Senayan
Tutupnya Lapo Ni Tondongta Senayan mendapat ulasan dari situs berita nasional dan juga netizen.
- Tutupnya “Lapo” di Senayan yang tinggal hitungan hari.
- Lapo Ni Tondongta Senayan, Akankah Jadi Tinggal Kenangan?
Pasa masa kejayaannya, Lapo Ni Tondongta Senayan merupakan tempat favorit berbagai kalangan. Mulai dari pekerja kantoran sampai dengan pejabat dan artis ibukota.
Merupakan salah satu tempat berkumpulnya berbagai kalangan alias ‘melting pot‘ kehidupan Kota Metropolitan Jakarta.
Apakah tidak ada lokasi baru pengganti ?
Beberapa hari sebelum Lapo Ni Tondongta Senayan tutup, saya sempat datang untuk merasakan ‘santapan terakhir’ dan juga sedikit ngobrol dengan salah satu pengelola.
“Susah Oom nyari tempat baru, kita kan jualan makanan beginian, nggak banyak tempat yang mau terima”, ujar sang pengelola.
Bagi saya, Lapo Ni Tondongta Senayan punya kesan tersendiri, karena sebenarnya saya dan teman-teman SMA di Gonzaga, beberapa kali sering ketempat ini ketika pulang sekolah.
Biasanya bila ada teman yang berulang tahun, atau memang sekedar iseng, kita datang secara rombongan ke tempat ini.
Lokasinya yang strategis, dekat dengan Gelora Bung Karno (GBK), membuatnya menjadi tempat ideal bagi anak ‘Jaksel’ yang ingin merasakan kuliner non halal selepas beraktifitas di sekitar Senayan.
Baik itu beraktifitas dari Lapangan Softball, track lari Gelora Bung Karno ataupun selepas ekstra kulikuler menembak.
Ya, kita anak Jaksel, ekskulnya kita aneh dan ‘borju’, menembak!
Ekskul
Pertanyaan besar ketika Lapo Ni Tondongta Senayan ‘menghilang’ alias berhenti berjualan dibelakang gedung MPR DPR adalah, kemanakah mereka pindah ?
Sehingga sampai sekarang kok saya nggak yakin bila ada Lapo Ni Tondongta yang mengaku pengganti atau penerus Lapo Ni Tondongta Senayan.
Sampai detik-detik terakhir mereka berhenti beroperasi, pengelola belum menemukan tempat pengganti dan lebih ke pasrah berhenti beroperasi.
Hal inilah yang saya membuat artikel blog ini, sejak Lapo Ni Tondongta Senayan berhenti beroperasi dan menghilang dari peradaban, saya sering mencoba masakan Batak lain di berbagai Lapo di sekitar Jabodetabek.
Bila saya membuat artikel Lapo terbaik, artinya hanya ada satu dong, tetapi untuk kasus Lapo ini sebenarnya agak sulit menentukan yang terbaik.
Hal ini dikarenakan ‘penyakit’ inkonsistensi rasa hidangan di tempat makan di Indonesia, mungkin kekayaan bumbu nusantara mengakibatkan bervariasinya rasa masakan yang seharusnya diekspektasi sama dan memiliki standarisasi komposisi.
Nasi Goreng saja yang sudah menjadi ‘national pride’ rasa dan bentuknya bisa bermacam-macam karena tidak ada standarisasi yang jelas.
Mungkin yang tepat memang menggunakan istilah rekomendasi saja, rekomendasi Lapo untuk lidah non-batak di Jabodetabek.
Tanpa memperpanjang polemik, berikut adalah rekomendasi tiga tempat makan Babik! eunaaaaak yang masuk kategori Lapo pasca tutupnya Lapo Ni Tondongta Senayan!
Lapo Marpadotbe, Rawamangun
Terkenal dengan Babi Goreng yang enak banget gurih, wangi rempah2, kulitnya garing tapi dagingnya lembut.
Singkong Tumbuk yang lembut, dimasak dengan bunga kencong karena di masak dengan daun singkong muda sehingga daunnya tidak keras.
Tempatnya cukup bersih meski tidak mewah.
Memiliki menu B2 Goreng yang memiliki rasak gurih yang unik karena dimasak dengan sejenis bahan kelapa mirip serundeng.
Lapo Marpadotbe menawarkan beragam hidangan masakan Batak Toba.
Hidangan andala lainnya antara lain B2 panggang, hidangan ikan “arsik” yang diolah secara tradisional, hidangan sayur singkong, tahu susu kerbau, dan hidangan khas batak lainnya.
Salah satu keunikannya adalah Sambal Andaliman yang terkenal dengan campuran darah B2.
Hidangannya disiapkan dengan baik, rasanya lezat, dan menurut beberapa teman , rasanya sebenarnya berbeda dari restoran Batak Toba lainnya di Jakarta.
https://maps.app.goo.gl/SWdbA7pEvC71hykq9
Harganya moderat lah, tidak terlalu mahal atau murah.
Sangat ramai di hari Jumat saat jam makan siang. Bila ingin berkunjung sebaiknya Anda menggunakan layanan Taksi dan sejenisnya karena tempat parkirnya yang terbatas.
Lapo Tobasi, Kota Bogor
Kuliner non halal di Kota ini berpusat di area Kota Tua Pecinan, Jalan Suryakencana. Pastinya didominasi dengan masakan dari negara Tiongkok.
Untuk menemukan Lapo, anda harus menjelajah daerah lainnya dan ada satu Lapo yang rasanya enak sekali di Kota Bogor.
Namanya Lapo Tobasa, berada di Jalan Pemuda dekat atau sebelum pintu masuk Stadiun Padjajaran.
Tempatnya unik, karena menggunakan bangunan rumah biasa. Bila anda berkunjung jangan harap tempat ini seperti restoran atau warung, tempatnya lebih mirip rumah tinggal biasa tetapi tetap dijaga bersih dan nyaman untuk makan.
Babi Panggang dan Sangsangnya enak, sangat direkomendasikan untuk lidah yang pernah merasakan Lapo Ni Tondongta Senayan pasti tidak akan kecewa.
Ketika menyajikan B2 Panggang selalu ditanya. “Pake darah nggak ?”
Ya ini karena tidak semua bisa makan dengan bahan tersebut, sepentahun saya, ada juga menu makanan dari budaya Jawa yang juga menggunakan darah, namanya Saren.
Alamat lengkapnya di Google Maps adalah Lapo Tobasa, JL Pemuda No. 9B, Tanah Sareal, RT.05/RW.07, Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16129
https://maps.app.goo.gl/SusNG2fjcoSLWt5s5
Bagi yang ingin merasakab B2 sangsang, panggang, Ikan Arsik dan hidangan lainnya di Kota Bogor, tempat ini layak dikunjungi.
Lapo Ni Tondongta Blok M Square
Menurut kabar beberapa teman, ini adalah ‘penerus‘ Lapo Ni Tondongta Senayan. Setelah mencicipi berberapa kali, saya tetap tidak merasakan bila ini adalah penerusnya.
Entahlah, seperti ada sesuatu yang salah saja atau kurang tepat.
Bisa saja benar mereka adalah orang yang sama, atau sanak saudara atau relasi keluarga dan kerabat bisnis lainnya, tetapi atmosfer senayannya sudah tidak ada, ‘ruh’nya sudah hilang entah kemana.
Lokasinya unik, berada di bagian bawah Blok M Square. Jangan sampai salah bila berkunjung, ada dua bagian Food Courd di gedung ini, satu sisi untuk makanan Halal dan satunya lagi Non Halal.
Pastikan ketika masuk, pengunjung ‘mendarat’ di area yang tepat ‘Kuliner Toba’.
Menyantap makanan Lapo di dalam gedung seperti Blok M Square rasanya sangat berbeda bila dibandingkan disantap di area makan outdoor seperti di Senayan, rasanya tidak akan pernah sama lagi, karena perangkat masak dan lingkungannya sudah berbeda.
https://maps.app.goo.gl/8rRuK4yyTgtB2wM38
Kenapa saya masukkan kedalam rekomendasi ?
Ya lebih sebenarnya rasanya lumayan lah, not bad, tetapi sungguh, menurut saya rasanya tetap berbeda dengan Lapo Ni Tondongta Senayan.