Tikus (baca: tikus got) mungkin spesies yang paling banyak ditakuti dan dimusuhi para wanita di Indonesia (*subjektif*). Mungkin imbang dengan kecoa, dua-duanya merupakan binatang yang paling dibenci kehadirannya di rumah.
Padahal binatang tikus sering muncul sebagai tokoh baik dan imut dalam film-film animasi yang diproduksi oleh Hollywood.
Ya sudahlah…, mungkin tikusnya beda.
Beberapa hari ini tidur kami sekeluarga tidak begitu tenang. Anjing peliharaan kami yang biasanya berhasil menjalankan tugas ‘komando‘ menerkam tikus , kali ini telah gagal berhari-hari. Mungkin dikarenakan tikus yang satu ini masih berukuran kecil, sehingga mudah menghindar dan bersembunyi di berbagai tempat sempit.
Bukan hanya suara gaduh pengejaran malam antara anjing dan tikus yang menjadi masalah, bencana yang lebih besar ketika tikus tersebut berhasil meluluhlantahkan sistem kelistrikan mesin cuci kami.
Kegagalan berhari-hari anjing peliharaan kami akhirnya menggiring kami untuk memasang perangkap tikus yang berupa lem. Ya, lem tikus!
Cukup hanya dalam semalam, perangkap lem tikus tersebut bekerja dengan sempurna. Taruh terasi ditengahnya .., dan dapat!
Tikus kecil tersebut terjebak. Kenapa kami memilih lem tikus dibanding racun tikus ? Alasan utamanya adalah keamanan, kami punya buah hati yang masih balita dan hewan peliharaan. Kami menghindari segala bentuk penggunaan racun yang pastinya beresiko.
Kami baru mengetahui tikus yang terperangkap lem tersebut pada pagi hari dan hal ini juga langsung terlihat oleh anak kami yang dalam tahap sering bertanya.
Aha! Berhubung saya tidak mau memperpanjang generasi manusia Indonesia yang geli, seram dan benci setengah mati dengan tikus, akhirnya saya melibatkan si kecil dalam proses pelepasan sang tikus ke sebuah sungai di dekat rumah kami.
“Pop, itu tikusnya kena lem ya, tidak bisa gerak” tanyanya di pagi hari itu.
“Iya, kasihan ya, pasti tikus kecil itu sedang dicari sama Poppa dan Mommanya” ujarku membangun simpati.
“Bagaimana kalau kita lepaskan ke sungai saja, pasti nanti ketemu sama Poppa dan Mommanya” usulku dengan segara.
“Oh gitu, yuk ke sungai.” ujarnya dengan antusias
Setelah bersusah payah melepaskan sang tikus dari jeratan lem. akhirnya kami menuju ke pinggir sungai dan menyaksikannya menghilang dibalik riak sungai…
Bye-bye tikus….. (*happy-ending*)