Tujuh (7) tahun lalu, saya tidak membayangkan berkerja di perusahaan media surat kabar. Fakultas yang saya pilih sebenarnya sangat jauh dengan dunia jurnalistik, lebih dekat ke dunia fabrikasi (baca:pabrik). Nasib berkata lain, salah satu lowongan yang saya kirim ternyata beralamat ke sebuah perusahaan surat kabar skala nasional yang memiliki sirkulasi dan jumlah pembaca terbanyak. Masih teringat dengan jelas lima (5) tahap/tes yang sangat melelahkan :-& yang harus saya dan kandidat lalui untuk diterima berkerja di perusahaan ini.
Bertahun-tahun lamanya saya ‘betah‘ bekerja di perusahaan ini, teman-teman seangkatan saya di bangku smu/kuliah yang tentunya sudah ‘lompat‘ beberapa perusahaan seringkali terheran-heran mengetahui bahwa saya masih di perusahaan yang sama.
Berdasar sebuah penelitian yang pernah saya baca, tingkat ‘turn over‘ karyawan di suatu perusahaan sangat ditentukan oleh faktor atasan / pimpinan, sepertinya penelitian tersebut juga berlaku pada kondisi saya saat ini 😀 . Di perusahaan tempat saya berkerja, saya beruntung, sang pemilik perusahaan (owner) memiliki filosofi bisnis yang sulit ditemukan ditempat lain, punya cita-cita yang mulia (enlightening people) sehingga saya dapat bekerja dengan ‘tenang‘ (bukan malas ya… ) . ~x(
Filosofi pemilik perusaaan yang diterapkan dalam visi misi dan kehidupan sehari-hari oleh segenap pimpinan dan seluruh karyawan menciptakan suasana kerja yang sulit didapatkan di tempat lain. Walalupun pastinya tidak ada yang sempurna, paling tidak, di kantor yang sekarang ini, saya tidak merasakan pergolakan batin atau ketidak tenangan pikiran dan hati karena harus melakukan sesuatu yang merugikan pihak lain. Kontras dengan cerita beberapa teman yang berkerja hanya demi profit. Saya benar-benar ‘terperangkap’ dalam ‘comfort zone‘ ini :-D. ….
Satu tahun pertama saya dan beberapa rekan lain diterima di perusahaan ini, kami diharuskan mengikuti diklat yang lumayan panjang untuk mengenal filosofi perusaaan tempat kami bekerja. Satu hal yang paling berkenan , ketika kami harus membaca buku
Hidup Sederhana , Berpikir Mulia , P.K Ojong
Review dari kelas diklat mengenai buku ini tidak bisa saya temukan lagi hehe :-D, tapi di dunia maya anda bisa menemukan beberapa ulasannya.
- http://sejarah.kompasiana.com/2010/09/13/pk-ojong-hidup-sederhana-berpikir-mulia/
- http://sosok.kompasiana.com/2011/05/25/ojong-hidup-sederhana-berpikir-mulia/
Dari Almarhum P.K. Ojong (salah satu pendiri perusaan ini) saya mulai mengenal filosofi mengenai hidup sederhana (cukup) dan selalu bersyukur. Pengenalan saya lebih lanjut tentunya ketika saya berkerja di perusahaan ini,
Pak Jakob Oetama (JO) yang hari ini (27 September 2011) baru saja berulang tahun ke-80 telah berhasil menciptakan ‘atmosfer‘ perusahaan yang menurut saya ‘tidak ada duanya‘. Semua karyawan dipanggil Mas atau Mbak, bukan Pak atau Bu (kecuali Pak JO tentunya), menurut saya ini salah satu contoh perusahaan yang egaliter, ini hanya satu, banyak hal baik lainnya tentunya..
Menyambut 80 Tahun Pak Jakob Oetama, juga diluncurkan buku yang pastinya merupakan buku layak beli dan baca . Ditengah minimnya sosok yang patut dicontoh, saya rasa buku ini dapat memberi inspirasi bagi kita (kaum muda) untuk dapat berbuat lebih baik bagi sesama.
Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama
Delapan puluh (80) tahun dan tetap masih sehat dan melakukan aktivitas sebagai pemilik perusahan mungkin sesuatu yang sangat jarang ditemukan di tempat lain, it’s a blessing for sure, one of a kind.
Selamat Ulang Tahun Ke-80 Pak JO, Terimakasih untuk semuanya dan God Bless You.