Tulisan/artikel berikut ini saya dapatkan melalui posting Dennis Surjanto di milis Netzaga tanggal 21 Mei 2007.
Juga terdapat pada milis 1001 buku
Karena bapak Andri Aji Saputro tidak mencantumkan kontak email dan lainnya, maka pencantuman artikel ini tanpa seizin penulisnya.
Sangat sayang bila artikel sebagus ini tidak disebarluaskan di blogosphere. 🙂
KUALITAS PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA
Oleh : Andri Aji Saputro
Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama
di dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa karena memang banyak yang tidak
tahu bahwa peringkat pertama untuk kualitas pendidikan adalah Finlandia.
Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki, dimana perjanjian damai
dengan GAM dirundingkan, ini memang begitu luar biasa sehingga membuat iri semua
guru di seluruh dunia.
Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional
yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA mengukur kemampuan
siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan
hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan
anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya
cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam
masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan
rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya.
Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi
beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan
berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak
lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam
sekolah mereka justru
lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking
kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu
Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada kualitas gurunya.
Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan
pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat
dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik
biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan
hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya ketimbang
masuk ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran!
Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas
seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula.
Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru yang
berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan
kualitas yang tinggi pula. Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk
menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka
rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara
lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat
penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing
itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat
kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di
Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan
ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka
di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!
Inimembantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata
Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Dan kalau mereka
bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih
bebas.Guru tidak harus selalu mengontrol mereka.
Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri
informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari
sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita
tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Disini guru tidak mengajar
dengan metode ceramah, Kata Tuomas Siltala, salah seorang siswa sekolah
menengah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando
hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan,
sambungnya.
Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang membuat
Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat
kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan
yang terbaik menurut OECD.
Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk
memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku
siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan
tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian
datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan
tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut
mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan
membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam
belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta
membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa
lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar
bangga terhadap dirinya masing-masing.
Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa
tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan sistem pendidikan di
Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran,
toleransi dan komitmen pada
keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar
seorang siswa, kata seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan
pengajaran saya! Benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.
Diambil dari Top of the Class – Fergus Bordewich
eh anak Gonz juga toh? 🙂 Hmm, wondering kapan ada pendobrak di sistem pendidikan negara kita
iya gonzaga juga, angkatan 8, lulus tahun 1997.
pendidikan kita? waduh…. nggak usah jauh-jauh deh.. baru saja KOMPAS mengulas perilaku senioritas dan bullying di smu pangudi luhur…
gw angkatan 9 hehe~ tp dulu gak gaul kali yah gw..rasa-rasanya sih gw kenal muka situ :p Wah seneng deh ketemu anak gonz nge-blog..gw masukin link yah, thanks
Boleh ya, artikel diatas ta tulis kembali n dikirim ke media cetak, tentunya dengan sll mencantumkan empunya! Siapa tahu bisa memotivasi kemajuan pendidikan di negara kita.
Oce…. thanks ya !