Novel ini menawarkan pemikiran atau pandangan pengarangnya tentang cinta, kehidupan sosial, agama, dan Tuhan. Tentu saja tidak terlalu frontal karena beberapa isu itu agak sensitif (atau dibuat sensitif?). Gaya penuturan ceritanya sangat ‘lempeng’ menceritakan detik demi detik yang terjadi dalam satu hari. Baca ya… terus kasih komentar… Thanx

“Aku ingat, cowok-cowok yang naksir dan berniat menjadikan aku pacar mereka dulu selalu kabur setelah berdiskusi denganku. Belum lagi waktu aku suruh mereka membuat proposal sebagai pernyataan cinta. Mereka bilang itu hal gila. Juan juga bilang begitu, sih. But this my world, my rule. I love being narcissist.” QUINCY, dia adalah seorang gadis yang unik dilihat dari sisi mana pun. Penampilanya, asal-usulnya, pandangan hidupnya. Novel ini berkisah tentang sehari di Kafe Kaktus milik Mumu, ibu Quincy, seorang single parent yang memilih untuk tidak menikah. Hanya dalam satu hari yang singkat, tetapi begitu banyak pelajaran kehidupan yang ia dapatkan. mengajak kita mengenalnya dari dekat dan tentu saja, melihat dunia melalui matanya.

The Novel offers the author’s thought and opinion about love, social life, religion, and god. Of course the issues not describe straight to the point, because some of them are sensitive case (or make to be sensitive?). The discourse style is very straight; give a description of what happened in one day second by second. Please read and gave a comment.“I Remember, those guys who crush on me and their intention to have me as a girlfriend, they always instantly take a distance after arguing with me”. Same thing when I asked them to wrote a proposal as statement of love. The said it was crazy idea. Juan said so. But This is my world, my rule. I Love being narcissist.”
Quincy, she is a unique girl from any point of view. Her look, where she came from and her thought about life. The Novel tell a one day story at Mumu’s cafe, Quincy’s mother, a single parent who choose not to be married. Only in a very short one day, but she got so much life experience. Pursue us to know her more closely and certainly see the world through her eyes.

23 Comments Novel Kafe

  1. Pingback: Behind The Scene - didithodotnet

  2. Indra (english Teach

    Hlo HAPPY QUINCY, I've read ur novel. It's about u isn't it? Great job. But the end I think it's not too surprising . U must find another shocking ending. (via SMS) ; Thank you very much.

    Reply
  3. diditho

    novel yang mengejutkan. btw, tokoh juan romantis banget ya… 🙂 ups! btw, kenapa novelnya singkat banget? seharusnya masih banyak kan yang bisa ditulis/ dikembangkan..? novel keduanya ditunggu loh..

    Reply
  4. Bunga Rumput

    Menurutku bukumu membawa "isu-isu" yang cukup menarik gabungan berbagai konsep KETUHANAN, FEMINISME, KEJUJURAN DAN SEMANGAT HIDUP ditampilkan dengan SEDERHANA…….. tetapi ketika aku membacanya aku merasa menjadi seperti dituntun dan bahkan mungkin menjadi seperti di halangi oleh tembok-tembok yang dibuat oleh pengarangnaya (red.jeng happy tentunya) Saya masih merasakan kurang totalnya ide-ide yang ingin disampaikan. Menjadi hanya dipermukaan saja…… Saya tidak ingin menghakimi atau merasa sok tau Tapi……Sebagai novel pertamamu, novel ini sudah cukup memberi angin segar diantar kemunculan para penulis perempuan muda yang hanya mengumbar kisah-kisah cinta yang hilang dalam semalam……atau kegelisahaan-kegelisahan semu Aku tunggu buku keduamu selamat menyelami kehidupan dan dimensi lain dalam novel mu nanti heheheheheh…

    Reply
  5. happyninatyas

    makasih ya input-nya…ketahuan deh ego gue di novel itu…mmm…sebenarnya , novel ini memang ingin mengeluarkan semua pemikiran gue dan gue ingin bilang ke pembaca: "Hey, shut up and listen to me!" tanpa membiarkan mereka berinteraksi…hehehe…tetapi ternyata ada yang tidak bersedia diintimidasi hahaha…tapi itu input yang luar biasa…terima kasih ya..soal kesan ide yang hanya dipermukaan…itu hanya masalah bisnis…kalo semua ide dikeluarkan takut gak ada bahan lagi buat buku selanjutnya, euy…hehehe…temanku bunga rumput…thanks ya…

    Reply
  6. Tika

    Dear Hep Hep, Gwe baru aja kelar baca buku lo, kemarin pas gwe tes kesehatan ehehhehe…. Secara umum, novel lo itu menarik. Ide utamanya segar dengan ending yang ga basi. Walau sebenernya novel lo itu tidak menyasar pada satu ide utama, bukan begitu, Hep? Rasanya banyak hal yang pengen lo ungkapin dalam cerita yang hanya berdurasi kurang lebih 24 jam itu sehingga kurang mendalam. Tapi, yang gwe liat, ada bagian yang lebih mendalam, itu pada bagian pembahasan “cinta” dalam proposal si Juan. Dari yang tadinya ringan, mendadak tulisan lo jadi berat. Mungkin utk orang2 spt kita [emang kita ini siapa ya? Ehehhee…], tentu ini mudah dicerna, tapi utk remaja [cover bukunya begitu “teens” sehingga mungkin yang beli banyak juga yang tergolong remaja] agak berat. Tentu saja, hal ini pun tidak begitu jadi masalah, Hep… Gwe cuma pengen berkomentar aja, toh gwe menikmati membacanya tanpa ada rasa kesulitan. O iya, ada sedikit komentar membangun dari temen kantor gwe, bahwa kalau isi bukunya “agak berat” alias filosofis, sayang kalo diberi cover yang “teens” begitu, karena orang2 yang suka beli buku2 semacam buku lo itu jadi ketipu dg cover yang “begitu ringan”. Lo ngerti kan maksud gwe? Sayang aja, itu komentarnya. Lalu, soal banyaknya istilah asing… Rasa2nya kebanyakan deh, Hep. Mungkin perlu dipertimbangkan utk tidak meng-italic istilah2 asing kalau itu terlalu banyak. Karena, segala huruf miring itu jadi begitu mencolok, menonjol [atau mengganggu citarasa bacaan]. Mungkin sbaiknya yang di-italic cukup kalimat berbahasa Inggris-nya aja. Toh buku lo itu bentuknya novel, bukan buku teks yang secara ketat kudu taat azas bahasa Indonesia 😉 Lalu, sebagai editor, gwe ngerasa terganggu dengan relatif banyaknya ketidakkonsistenan yang tentu bukan salah lo, tapi editor buku lo. Misalnya, kata ateis yang ditulis berdekatan dengan atheis [dengan huruf ‘h’]. Gwe memuji pengetahuan lo yang luas di bidang makanan asing, membatik, dan fashion. Cuma aja, di bagian dialog dua lesbian itu, kentara kalo lo mungkin kurang mendalami lesbianisme [bener ga niy?]. Mungkin akan lebih ada “feel”nya kalo lu bener2 berdialog dg lesbian, tuk tau hal2 terdalam dalam hati mereka. So, tulisan lo akan bener2 “mengena” meski cuma dalam bagian tulisan yang begitu singkat. Gwe juga memuji tokoh2 lo yang beragam latar belakang dan pemikiran lo yang “berat” hehehehehe… Ya, kurang lebih inilah yang terlintas dalam pikiran gwe sewaktu ngebaca novel “Kafe” lo itu 😉 Untuk ukuran pemula, lo bagus kok, Hep! Semangat ya! Kalo mau, utk novel berikutnya gwe bantu lo edit dehhh… [kalo gwe ga lagi dikejar setoran ye] ;p Cheers, -Tika, sang editor pemula- 😉

    Reply
  7. happyninatyas

    Haiiii Tika… Thanks ya atas komentar lo yang sangat membangun..seneng deh… a. Emang bener gue nggak menyasar pada satu ide utama…ini sebenarnya proyek "mastrubasi" untuk menyalurkan ide dan yang gue "imani"…sehingga emang luas banget dan tidak mendalam…Jadi novel ini semacam pengantar atau perkenalan dengan gue sebagai pengarang, terlebih untuk ide-ide itu. b. O iya gue mo cerita karena elo nyinggung soal materi yang "berat" atau berbau filosofis…Meskipun gue nggak suka ketika ditanya novel gue ini termasuk kategori apa (teenlit/chiclit dsb), tapi kalau harus dikategorikan (meskipun males untuk mengkategorikan), gue mau menamakannya "Soft Philosophy". Setiap orang, anyway, pasti punya pemikiran atau kebijaksanaannya sendiri (minimal berlaku untuk diri sendiri) dan begitu pula dengan gue. Nah, sebelum novel gue terbit, penerbit gue mengatakan kalau novel ini 80 persen isinya "fun" which is dikategorikan sebagai "chiclit". Buat gue sih nggak masalah karena gue nggak mau ambil pusing soal kategorisasi itu…dan gue pikir termasuk soal cover yang disesuaikan dengan kategori itu hehehe…Nah, soal cover sendiri, gue udah keburu silau dengan warna kuning (my fav. color jadi gue main setuju aja hehehe) yang ternyata dalam pencetakan mengalami degradasi warna. c. Soal huruf "italic"…gue sebenernya ingin membedakan antara kejadian, pikiran tokoh, dan percakapan yang terjadi saat itu dengan kejadian, pikiran, dan percakapan di masa lampau supaya pembaca nggak bingung hehehe…mmm…sebenernya nggak usah di-"italic" ya? hehehe…baiklah akan saya perbaiki untuk selanjutnya (maklum pemula hehehe) d. Soal "lesbian" itu hahahahaha…sebenarnya melalui dialog itu gue cuma punya satu maksud (tiada yang lain). Gue memang nggak terlalu fokus soal kisah cinta sejenis itu sih…yang ingin gue katakan adalah: sebenarnya gue iri sama percintaan kaum sejenis itu. Mengapa? Karena mereka bisa tinggal serumah tanpa dicurigai oleh masyarakat hahahahaha….simpel kan?…hehehe…sedangkan kaum heterogen…bisa-bisa diarak bugil atau dicambuk atau dilemparin batu sama ormas agama hehehe…. Gue cuma mau bilang berbahagialah para kaum homoseksual dan lesbian…hehehe… OK Tika…terima kasih banyak ya masukan yang sangat-sangat berharga ini, apalagi soal tawaran untuk mengedit wah…boleh nih…hehehehe salam, happy.

    Reply
  8. eko

    Ini novel "beginian" kedua yg pernah gua baca seumur hidup. Yg pertama adalah "Jomblo" entah karangannya siapa. Sangat ringan dan cukup lucu. Kalo "Kafe" pastilah menjadi sangat berat jika dibandingkan dengan "Jomblo". Mungkin penilaian gua berasa kurang pas karena emang biasanya gua baca John Grisham or Pramoedya, cailee… songong banget siy!!! Idenya menarik, meskipun gua udah tau isinya sebelum baca karena tokohnya gua kenal, hehehe… Kalo menurut gua masih terlalu deskriptif. Gua rasa bakal lebih "dalem" kalo deskripsi ruang, person, dan suasana dikurangi, dan semuanya dipindahkan kedalam intonasi/kata-kata yang diucapkan setiap tokoh. Sehingga karakter tokoh dan beban ceritanya terjadi diantara dialog, didalam pikiran pembaca, bukan di tulisan novel ini. Belibet banget yah gua??? Sebagai novel pertama, ini sangat bagus. Semoga yang berikutnya lebih dahsyat lagi (baca: ceritanya jangan diambil dari pengalaman pribadi lagi, hehehe…) Sukses deh buat Hapy…

    Reply
  9. happyninatyas

    huehehehe…thanks ya Ko buat komentarnya…buat penulis pemula kayak gue komentar seperti itu berharga banget…bok..jangan dibandingin ama Grisham dong (doi sih emang keren, gila ya gue ngebayangin otaknya encer banget)..secara akan jauh banget…apalagi Pram..(meskipun gue gak terlalu suka ama karangan dia) btw iya nih kata beberapa temen gue yang udah baca emang keliatan kalau itu gue banget…tapi emang itu maksudnya…hehehe…gue mo pamer pemikiran gue hehehe…makasih eko…mmmmmuach…hehehe.. PS: suruh cewek lo ikutan isi dong hehehe

    Reply
  10. Mala

    Ini novel satu2nya yg gw beli, seumur2 gw blm pernah beli novel n gw baca! Tapi karena temen gw yg nulis, gw baca deh! btw, gw sempat tanya temen gw yg rajin baca novel, tg novel lu..maksudnya gw pengen nanya komentar gw sama ga dgn komentar dia…he..he..kok jd omongin gw ya?:) ya, keep up the good work, py! my comment : HAPPY BANGET!!

    Reply
  11. Dhanny

    Novelmu keren banget Quin eh Py! Suer! cerdas! Extra ordinary! Tp emang eloe banget tuh tokoh!haha.. Tp.. Kog endingnya tbakar knp? :

    Reply
  12. Elen Triyanti

    hay k christina, i've already read ur "Kafe". i love it!! aku suka banget novel kk coz isinya aku banget. prinsipil, argumented, suka berontak2 dan berbeda dari hal2 yang commonly. aq juga lagi bikin novel pertama ne k, dr taon lalu bikin ga jadi2, nulis di buku biasa c baru 90 halaman. tdnya c mao bikin yang brilian gt d, tp ujung2nya ko kynya basi y, teenlit bgt, aku setiap x nyicil nulis plg cm 2 hlmn, pengen cepet selese, tapi maleznya itu loh ga nahan, heheh.. moody.. doain ya k biar cepet selese..

    Reply
  13. Pingback: limousine guard insurance

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.