Satu cara menuju kematian yang paling nggak gue (Happy) sukai adalah mati tenggelam. Amit-amit… amit-amit…. Emang, sih, nggak ada yang bisa milih mau mati apa dan kapan. Tapi kalau boleh milih, sih, ya nggak di tengah air yang dalam. Pasalnya, gue nggak bisa berenang, jek. Dan nggak elit aja kayaknya kalau mayat ditemukan dalam keadaan menggelembung karena kandungan air di dalam tubuh berlebih… hehehehe… nggak cantik, ah… waktu hidup gue langsing, matinya jadi gendut.

Waktu pengambilan gambar untuk foto pre-wedding bersama puluhan teman dari fotografer.net di Kepulauan Seribu, mati tenggelam hampir saja terjadi pada kami.

Saat kapal nelayan yang sederhana bergerak dari Pulau Onrust menuju Pulau Untung Jawa, tiba-tiba kapal kami dihadang oleh badai. Angin besar dan hujan sempat membuat jarak pandang menjadi sangat pendek. Belum lagi air hujan dengan leluasa masuk ke dalam kapal kayu yang tak berdinding dan hanya beratap terpal. Panik mulai melanda, terutama teman-teman fotografer yang merasa mempunyai alat tempur (baca: kamera) dengan harga yang lumayan. Mereka mulai melindungi peralatan mereka dengan plastik.

Hujan dan angin belum lagi reda, ketika mesin kapal tiba-tiba berhenti meraung. Mati. Semua penumpang segera melihat ke belakang kapal, tempat di mana mesin dan nahkoda berada. Terlihat, Pak Nelayan yang menjadi nahkoda tengah berusaha mengeluarkan air yang sudah mulai menggenangi lantai kapal dan sesekali dia mencoba menarik tuas mesin kapal, memancing agar mesin bisa nyala kembali. Dan tak kunjung pula berhasil.

Panik. Panik. Panik. Semua penumpang yang sudah basah kuyup serentak berdoa dan berusaha mencari perhatian untuk meminta bantuan. Di tengah-tengah pandangan yang kabur akibat air hujan, kami melihat sebuah kapal pribadi melintas. Sontak, kami berteriak minta tolong sambil melambai-lambaikan tangan. Tak ada balasan dari kapal tadi dan mesin kapal kami pun belum juga menyala.

Imajinasi liar fatal attraction ala film-film Hollywood mulai mampir di kepala gue. Kalau kapal nggak kuat menahan angin dan terbalik bagaimana? Gue nggak bisa berenang… sumpah gue takut banget ama yang namanya laut. Terus kalau ada hiu gimana? Meskipun yang terakhir gue sanksi… mana ada hiu yang sudi mampir di Teluk Jakarta yang sudah cemar.

Seorang teman kemudian menghitung jumlah keseluruhan penumpang… dan ternyata diduga kapal kami mengalami kelebihan muatan (sori, gue lupa berapa jumlah total keseluruhan orang dalam kapal itu. Yang jelas emang kapalnya penuh). Kami mulai curiga… kok, nahkoda kapal nggak memperingati sebelum kami semua berlayar, kalau penumpangnya sudah terlalu penuh. Kami juga bingung, kok, sewaktu air sudah mulai menggenangi lantai dan mesin kapal, nahkoda juga tidak minta tolong kepada kami, para penumpangnya.

Di tengah kecurigaan-kecurigan yang ada di kepala itu, akhirnya mesin mulai menyala. Nafas lega terdengar dari seluruh makhluk berparu-paru di kapal kami. Kapal mulai bergerak ke dermaga Pulau Untung Jawa. Untung saja namanya Pulau Untung Jawa, jadi kami selamat (garing ya…). Kami selamat sampai di tujuan dengan basah kuyup.

Sebuah bisikan dari seorang nelayan di pulau itu mampir di telinga kami. Ternyata, Pak Nahkoda kapal kami itu bisu-tuli. Aduh… antara lucu, kasihan, nggak tega, dan dongkol ada di benak kami. Pantas saja, dia anteng nggak memberitahu kalau penumpangnya sudah kepenuhan dan cuek saja kalau air sudah hampir merendam mesin. Kapok, deh, gue.

Herannya, pengalaman bergulat dengan maut (anjrit bahasanya…) itu tidak membuat gue mau belajar berenang. Bukannya apa-apa, sih… pertama, sudah sejak SMP gue belajar berenang tapi nggak pernah bisa-bisa… paling pol cuma meluncur dan berlagak kecipak-kecipak. Kedua, nggak ada yang cukup sabar ngajarin gue. Didit berkoar-koar kepingin ngajarin gue renang. Eh… giliran ada di kolam renang, dia selalu horny ngelihat gue pakai baju renang. Alhasil bukannya berenang, dong, jadinya….

4 Comments Fatal Attraction

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.